Home » Kesmavet » Sifat Fisik dan Kimia Aflatoksin

Sifat Fisik dan Kimia Aflatoksin

Sifat-sifat kimia aflatoksin berhubungan erat dengan struktur melekulnya. Berikut di bawah ini merupakan sifat fisik dan kimia dari aflatoksin (Tabel 1.). Aflatoksin mempunyai titik cair yang relatif tinggi, tidak rusak terhadap pemanasan tetapi dapat rusak oleh zat oksidator kuat. Aflatoksin tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik dan mudah untuk dikristalkan kembali. Selain itu, aflatoksin tereduksi oleh oksigen sehingga dapat menghambat produksi aflatoksin dari 5% menjadi 1%. Aflatoksin juga mudah mengalami γ-irradiasi dalam kondisi kering dan mengalami kerusakan dalam kloroform (1% ethanol) sekitar 20% pada 0,5 Mrad dan 8% pada 5 Mrad.

Tabel 1. Sifat fisik dan kimia aflatoksin

Aflatoksin

Formula
molekular

Berat melekul

Titik cair

B1

C17 H 12 O 6

312

268-269

B2

C17 H 14 O 6

314

286-289

G1

C17 H 12 O 7

328

244-246

G2

C17 H 14 O 7

330

237-240

M1

C17 H 12 O 7

328

299

M2

C17 H 14 O 7

330

293

B2a

C17 H 14 O 7

330

240

G2a

C17 H 14 O 8

346

190

Sifat toksisitas aflatoksin-aflatoksin induk pada penemuan-penemuan sebelumnya dari yang tinggi ke yang rendah adalah B1 > G1 > B2 > G2. Walaupun aflatoksin hemiasetal B2a tidak toksin bila dimakan oleh hewan-hewan percobaan namun metabolisme dibentuk dalam sel hati. Kemudian bergabung secara tidak berbeda dengan asam amino, peptida dan protein mengganggu banyak segi metabolisme hati yang menyebabkan terjadinya nekrosa sel dan dapat disebut sebagai toksin akut. Aflatoksin B1 diaktifkan oleh enzim-enzim mikrosomal hati membentuk suatu hasil metabolisme yang bersifat mutagenik dan mempunyai aktivitas karsinogenik yaitu 2,3-eposida yang merupakan penyebab utama kanker.

Kemampuan aflatosin untuk menginduksi kangker hati diduga karena aflatoksin dapat terikat oleh makromolekul dari jaringan hati. Hati dapat merubah aflatoksin menjadi turunan-turunan yang kurang berbahaya seperti aflatoksikol, aflatoksin M1, aflatoksin H1, aflatoksin Q1, aflatoksin P1 dan aflatoksin B2a. Dari keenam metabolit ini yang paling besar kemampuannya untuk menginduksi mutasi pada bakteri Salmonella typhimurium adalah aflatoksikol (aflatoksin R0).

Enzim yang berperan dalam perusakan aflatoksin dalam hati adalah enzim dari jenis oksidoreduktase. Sistem enzim ini mengakibatkan perubahan antara aflatoksin B1 menjadi aflatoksikol. Adanya aflatoksikol pada plasma sel hati dari hewan-hewan yang peka terhadap aflatoksin tetapi tidak pada hewan-hewan yang resisten terhadapnya. Diduga bahwa pembentukan aflatoksin dari aflatoksin B1 dapat dipakai sebagai ukuran kepekaan hewan terhadap induksi kangker oleh aflatoksin sebab dengan tersimpanya aflatoksin yang masih mempunyai potensi mutagen yang tinggi dalam plasma sel hati akan mengakibatkan sel hati terserang terus-menerus oleh aflatoksikol ini.

 

 

Sumber :

Begley CV. 1997. Aflatoxins. http://www.micotoxinas.com.br/boletim11.html [7 juni 2009].

Labbe, R G dan Garcia S. 2001. Guid to Foodborne Pathogens. New York: Wiley Interscience.

Syarief R dkk. 2003. Mikotoksin Bahan Pangan. Bogor : IPB Press.

 

 

 

About Debby Fadhilah

Keahlian saya dibidang kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat (penyakit zoonotik) serta dibidang higiene pangan dan keamanan pangan (food safety) terutama pangan asal hewan. Saya juga sebagai Tenaga Ahli untuk pangan di PT. ASRInternasional Indonesia.
x

Check Also

Agen Penyebab Ringworm dan Cara Penularannya

Ringworm atau dermatofitosis adalah infeksi oleh jamur/cendawan yang hidup pada bagian kutan/superfisial atau bagian dari ...

error: Content is protected !!