Home » Klinik & bedah » Waspadalah Tympani Pada Ruminansia

Waspadalah Tympani Pada Ruminansia

Apa itu tympani?

Tympani atau kembung rumen adalah suatu bentuk indigesti akut yang disertai dengan penimbunan gas di lambung ruminansia. Terdapat dua jenis tympani, yaitu tympani primer dan tympani sekunder. Tympani primer disebut juga frothy bloat, yaitu terjadinya overdistensi rumenoreticulum akibat terisi gas hasil fermentasi membentuk busa yang bercampur dengan isi rumen. Tympani sekunder terjadi jika gas dan ingesta terpisah.

 

Penyebab tympani

Tympani bisa disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor pakan dan faktor hewan itu sendiri. Pakan yang mempunyai kecenderungan untuk menyebabkan tympani adalah tanaman leguminosae, tanaman polongan, tanaman muda, biji-bijian yang digiling halus, imbangan pakan hijauan dan konsentrat yang tidak seimbang dengan konsentrat yang lebih banyak, tanaman yang ditanam dengan pupuk urea yang tinggi, tanaman yang dipanen sebelum berbunga atau sesudah turun hujan. Faktor hewan dalam menyebabkan tympani meliputi kepekaan individual hewan karena keturunan, hewan dalam keadaan bunting, kondisi yang menurun karena sakit, kekurangan darah atau dalam proses persembuhan dan pH air liur. Protein dalam air liur memiliki kemampuan mencegah pembentukan busa yang berisi gas.

Pembentukan busa dalam rumen meliputi tiga faktor yang secara bersama ataupun terpisah akan mempermudah pembentukan busa. Ketiga faktor tersebut meliputi viskositas dan tegangan muka cairan di dalam rumen, aliran dan susunan air liur dan kegiatan jasad renik di dalam rumen. Peningkatan viskositas dapat dikarenakan oleh protein  seperti pektin yang oleh enzim akan diuraikan menjadi asam pektat dan asam poligalakturonat yang mempunyai sifat seperti gel sehingga viskositas cairan rumen meningkat. Faktor kedua yaitu air liur yang mempunyai fungsi sebagai cairan penyangga  sehingga mampu memelihara derajat keasaman isi rumen. Protein mucin berguna untuk mencegah terbentuknya busa pada air liur, jika mucin terurai karena bakteri tertentu maka pembentukan busa akan terjadi. Jumlah air liur juga berpengaruh pada tympani rumen, jika jumlah air liur sedikit maka hewan akan mudah mengalami kembung.

Kuman-kuman yang normal berada dalam rumen seperti Streptococcus sp. akan berselubung dengan kapsel yang tersususn dari polisakarida, jika banyak terdapat sukrosa dalam rumen maka kerja kuman tersebut akan meningkat dan pemecahan sukrosa tersebut akan membentuk gas.

Refleks eruktasi (sendawa) penting dalam proses pembentukan busa, untuk terjadinya eruktasi perlu adanya rangsangan yang kuat namun karena adanya gas, reseptor dari refleks tersebut akan tertutup sehingga proses eruktasi tidak dapat terjadi dan gas yang terkumpul semakin banyak. Dengan makin banyaknya gas yang terbentuk maka volume rumen akan meningkat  sehingga terjadi pendesakan rumen ke arah dada lalu hewan akan mengalami kesulitan bernafas.

 

Gejala klinis tympani

  1. Hewan mengalami kesulitan bernapas atau sering bernpas melalui mulut.
  2. Hewan terlihat gelisah dan berusaha menghentakkan kaki atau mengais-ngais perutnya.
  3. Sisi perut sebelah kiri terlihat membesar dan kencang.
  4. Apabila bagian perut ditepuk/dipukul dengan jari akan terdengar suara mirip suara drum.
  5. Nafsu makannya menurun drastis, bahkan tidak mau makan sama sekali.
  6. Mata merah, namun segera berubah menjadi kebiruan yang menandakan adanya kekurangan oksigen dan mendekati kematia
  7. Pulsus nadi meningkat, terdengar eruktasi

Sumber: http://arbl.cvmbs.colostate.edu

Gambar 1 Sapi yang mengalami tympani ditandai dengan sisi perut sebelah kiri terlihat membesar dan kencang

Penanganan tympani

  1. Pertolongan pertama dengan menempatkan kaki hewan pada tempat yang lebih tinggi, mulut dibuka dan sepotong kayu dimasukkan melintang pada kedua ujungnya dikaitkan tali yang dililitkan disamping kepala sampai ke belakang tanduknya agar tidak lepas dan gas dapat segera keluar.
  2. Ternak diberi minyak goreng 100-200 ml atau lebih, minyak kayu putih atau minyak atsiri lainnya diberikan melalui mulut maupun dicampur air hangat.
  3. Memberikan obat-obatan seperti Anti Bloat (bahan aktif: Dimethicone), dosis sapi/ kerbau: 100 ml obat diencerkan dengan 500 ml air, sedang untuk kambing/ domba: 25 ml obat diencerkan dengan 250 ml air, kemudian diminumkan. Wonder Athympanicum, dosis: sapi/ kerbau: 20 – 50 gram, sedang untuk kambing/ domba: 5 – 20 gram, dicampur air secukupnya, kemudian diminumkan.
  4. Apabila keadaan hewan sudah parah maka upaya pengeluaran gas dengan cara menusuk perutnya sebelah kiri dengan trocar dan cannula. Hal ini dilakukan secara higienis.

Sumber: http://www.merckvetmanual.com

 Gambar 2 Metode pengeluaran gas dengan cara trocar pada sapi yang mengalami tympani

 

 

 

 

Sumber :

Aiello et al. 2000. The Merck Veterinary Manual.  Edisi ke-8. USA : Whitehouse station.

 

About Debby Fadhilah

Keahlian saya dibidang kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat (penyakit zoonotik) serta dibidang higiene pangan dan keamanan pangan (food safety) terutama pangan asal hewan. Saya juga sebagai Tenaga Ahli untuk pangan di PT. ASRInternasional Indonesia.
error: Content is protected !!