Home » Kesmavet » Sumber dan Rute Infeksi Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus

Sumber dan Rute Infeksi Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus

Middle East respiratory syndrome coronavirus (MERS-CoV) yang dilihat menggunakan mikroskop elektron
Reservoir alami sebagai sumber infeksi Middle East respiratory syndrome coronavirus (MERS-CoV) pada manusia belum diketahui secara pasti. Beberapa penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa kelelawar diduga dapat berperan sebagai reservoir alami dari MERS-CoV. Hal ini berdasarkan pada kesamaan sequence MERS-CoV yang tinggi terhadap virus kelelawar. Berdasarkan RNA-dependent RNA polymerase (RdRp), isolat yang berasal dari kelelawar BtCoV/8-724/Pip_pyg/ROU/2009 menunjukkan bahwa 98% identik terhadap MERS-CoV. Selain itu, Sequence MERS-CoV juga identik dengan isolat yang berasal dari pelet feses kelelawarTaphozous perforatus di Arab Saudi. Para peneliti telah mengamati kelelawar bertengger dan meninggalkan kotorannya (feses) di sumur pada daerah terdekat dengan kasus infeksi terjadi. Al-Ahsa merupakan daerah yang banyak terjadi kasus infeksi MERS-CoV dan merupakan salah satu daerah yang terkenal penghasil kurma di Kota Arab Saudi. Hal ini sangat memungkinkan bahwa makanan dan air di daerah yang memiliki perkebunan kurma tersebut terkontaminasi dengan feses, air liur dan/atau urin dari kelelawar serta memungkinkan untuk terjadinya penularan MERS-CoV secara tidak langsung pada manusia.

Baru-baru ini terdapat bukti yang berkembang bahwa unta dromedary merupakan inang dari MERS-CoV dan hewan ini berperanan penting dalam penularan MERS-CoV kepada manusia. Bukti pertama dari unta dromedary menjadi bagian dari rantai penularan yaitu telah dideteksi antibodi yang tinggi terhadap MERS-CoV pada unta dromedary di Semenanjung Arab. Terdapat bukti yang menunjukka bahwa MERS-COV telah beredar di unta sejak tahun 1992 dan mungkin lebih lama, sedangkan strain MERS-COV pada manusia baru muncul akhir-akhir ini. Baru-baru ini RNA MERS-CoV telah terdeteksi pada spesiemen yang berbeda dari unta dan virus ini telah diisolasi dari sampel hidung dan feses unta. Selain itu, MERS-CoV telah dideteksi pada unta dromedary yang diimpor dari Sudan dan Ethiopia untuk disembelih di Mesir serta bukti serologis infeksi MERS-CoV sebelumnya pada unta di Nigeria, Ethiopia dan Tunisia. Hal ini menunjukkan bahwa virus dapat meluas secara geografis pada populasi unta dromedary di benua Afrika.

Sebuah bukti lain penularan MERS-COV lintas spesies dari unta dromedary ke manusia yaitu infeksi MERS-CoV pada manusia terjadi setelah kontak dengan unta yang terinfeksi virus ini di Arab Saudi. Berdasarkan hal ini dapat dismpulkan bahwa unta dapat bertindak sebagai sumber infeksi MERS-CoV pada manusia secara langsung. Hasil analisis filogenetik dan tingginya titer virus ini pada swab hidung unta dromedary menunjukkan bahwa penularan MERS-CoV dari unta ke manusia dapat terjadi melalui rute pernapasan atau melalui kontak dengan discharge hidung unta yang terinfeksi. Kebanyakan unta yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala klinis dan ada beberapa kasus yang menunjukkan gejala pernafasan ringan (terdapat discharge pada hidung).

Sebuah penelitian baru menunjukkan bahwa ketika MERS-CoV ditambahkan pada susu unta yang tidak dipasteurisasi dan disimpan pada suhu 4 °C virus tetap infeksius melebihi 72 jam tetapi virus infeksius tidak ditemukan pada susu yang dipasteurisasi. Ada dugaan bahwa penularan MERS-CoV pada manusia dapat terjadi akibat mengkonsumsi susu unta yang tidak dipasteurisasi. Selain itu, MERS-CoV telah terbukti menular diantara manusia melalui kontak dekat. Penularan dari pasien yang terinfeksi terhadap petugas kesehatan juga telah dilaporkan.

 

Sumber:

Abdel-Moneim AS. 2014. Middle East respiratory syndrome coronavirus (MERS-CoV): evidence and speculations. Arch Virol: 16 Januari 2014.

[ECDC] European Center for Disease Prevention and Control. 2014. Severe respiratory disease associated with Middle East respiratory syndrome coronavirus (MERS-CoV). Update 24 April 2014. Stockholm: ECDC.

Nowotny N, Kolodzlejek J. 2014. Middle East respiratory syndrome coronavirus (MERS-CoV) in dromedary camels, Oman, 2013. Euro Surveill 19(16): 1-5.

Memish ZA, Cotten M, Meyer B, Watson SJ, Alsahafi AJ, Al Rabeeah AA, et al.. 2014. Human infection with MERS coronavirus after exposure to infected camels, Saudi Arabia, 2013. Emerg Infect Dis.20(6).

Hemida MG, Chu DKW, Poon LLM, Perera RAPM, Alhammadi MA, Ng H-Y, et al. 2014. MERS coronavirus in dromedary camel herd, Saudi Arabia. Emerg Infect Dis. 20(7).

About Debby Fadhilah

Keahlian saya dibidang kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat (penyakit zoonotik) serta dibidang higiene pangan dan keamanan pangan (food safety) terutama pangan asal hewan. Saya juga sebagai Tenaga Ahli untuk pangan di PT. ASRInternasional Indonesia.
x

Check Also

Cara Membedakan Kucing yang Terinfeksi Feline Viral Rhinotracheitis dan Feline Calicivirus

Feline viral rhinotracheitis (FVR) dan feline calicivirus (FCV) disebut juga penyakit flu kucing (cat flu). ...

error: Content is protected !!