Agen Penyebab
Penyakit Feline Viral Rhinotracheitis (FVR) yang disebabkan oleh virus FHV-1 yang merupakan virus herpes dan terdiri dari DNA dengan masa inkubasi 2 – 4 hari. Biasanya penyakit berlangsung selama 10 – 14 hari. Virus menyerang selaput lendir pernafasan atas, konjungtiva dan saluran kelamin. Sekat rongga hidung dengan turbinata (tulang rawan hidung), batang tenggorokan dan konjungtiva mengalami nekrosis (kerusakan hebat).
Penularan
Virus ditularkan dari kucing pengidap kepada yang sehat. Penularan juga dapat terjadi melalui kontak dengan tangan perawat, alat-alat dan tempat pakan. Secara aerosol penularan mungkin juga dapat terjadi.
Gejala klinis
Gejala-gejala penyakit berupa selesma, bersin berulang kali, batuk dan hipersalivasi. Gejala pernafasan lebih menonjol dan bila mengalami kesulitan bernafas, pernafasan dilakukan lewat mulut. Discarge hidung yang semula jernih cair lama kelamaan berubah menjadi keruh, kental (mukopurulen). Kerusakan selaput lendir mata diikuti dengan mengalirnya air mata lebih banyak (epifora) disertai dengan bengkaknya mata. Kekejangan kelopak mata yang dikenal sebagai blepharospasmus menyebabkan mata menjadi tertutup. Stadium lanjut terjadi kerusakan pada kornea dalam bentuk keratitis ulseratif. Pada kasus ini gejala klinis yang muncul yaitu : bersin-bersin, discarg dihidung mukopurulen, konjungtivitis, epifora dan intensitas pernafasan dangkal.
Penyakit berlangsung akut dapat diderita oleh segala umur kucing. Kematian paling tinggi dialami oleh anak kucing kurang dari 6 bulan. Pada penyakit yang berlangsung kronis kebanyakan tanpa gejala pernafasan jelas. Kucing mampu menjadi karier dan mampu menyebabkan virus ganas. Apabila sress misalnya karena pergantian pakan, pengangkutan, ganti rumah dalam 2 minggu akan menyebarkan virus.
Gambar 1 Kucing yang terinfeksi feline viral rhinotracheitis ditandai dengan discarge hidung dan kerusakan selaput lendir mata
Baca juga mengenai:
Terapi
Diperlukan tindakan isolasi terhadap kucing penderita agar tidak menular kepada kucing lannya. Hewan diistirahatkan, diberikan makanan yang bergizi dan minum yang cukup untuk mencegah terjadinya dehidrasi. Apabila hewan sama sekali tidak mau makan sebaiknya diberi infus. Untuk mencegah infeksi sekunder perlu diberikan antibiotik sesuai dengan kepekaan kuman penyebab infeksi tersebut seperti ampicillin dan amoxicicilin.
Pencegahan
Pencegahan FVR dilakukan dengan jalan vaksinasi menggunakan vaksin FHV-1. Biasanya antibodi protektif bersifat melindungi terhadap infeksi atau setidaknya kalau terserang tidak begitu berat. Kucing yang telah divaksin masih dapat bertindak sebagai karier. Vaksinasi ulang dan booster harus mengikuti petunjuk pembuat vaksin.
Anak kucing berumur 6 – 12 minggu perlu divaksin dengan vaksin MLV (modified live virus) atau inaktif untuk penyakit FVR, FCD (Feline Calicivirus Disease) dan cat distemper yang diulangi 3 – 4 minggu kemudian sampai berumur 12 minggu. Kucing berumur 12 minggu atau lebih yang belum divaksin disuntik 2 kali dengan sela 3 – 4 minggu.
Baca juga mengenai:
Gejala Klinis pada Feline Calicivirus
Sumber:
Harvey CE & O’Brien JA. 1975. Diseases Of The Upper Airway. Di dalam; Texboox of Veterinary Internal Medicine: diseases of the dog and cat. W. B saunder Company Philadelphia.
Subronto. 2006. Penyakit Infeksi Parasit dan Mikroba pada Anjing dan Kucing. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.