Home » Kesmavet » Kasus Penyakit Demam Berdarah Dengue di Indonesia

Kasus Penyakit Demam Berdarah Dengue di Indonesia

Penyakit DBD merupakan penyakit endemis di Indonesia, sejak ditemukan pertama kali pada tahun 1968 di Surabaya dan Jakarta. Jumlah kasus terus meningkat baik dalam jumlah maupun luas wilayah yang terjangkit dan secara sporadis selalu terjadi kejadian luar biasa (KLB) setiap tahun. KLB yang terbesar terjadi pada tahun 1998 dimana 16 propinsi dengan IR (Insiden Rate) 35,19 per 100.000 penduduk dengan CFR (Cases Fatality Rate) 2,0%. Pada tahun 1999 IR menurun tajam menjadi 10,17%, namun pada tahun-tahun berikutnya IR cenderung meningkat yaitu 15,99% pada tahun 2000 dengan jumlah kasus 33.443 kasus, 21,66% pada tahun 2001 dengan jumlah kasus 45.904 kasus, pada tahun 2002 terjadi penurunan dengan jumlah kasus 40.377 kasus dan IR 19,24%, pada tahun 2003 mengalami peningkatan lagi dengan jumlah kasus 52.000 kasus dan IR 23,87%.

Pada tahun 2004 – 2007 juga terjadi peningkatan kasus DBD yaitu 79.462 kasus dengan 957 orang meninggal tahun 2004, 80.837 kasus tahun 2005, 104.656 kasus tahun 2006, 140.000 kasus tahun 2007 dengan 1380 orang meninggal dan CRF 0,98%. Pada tahun 2008 terjadi penurunan jumlah kasus DBD yaitu 137.469 kasus dengan 1187 orang meninggal dan CRF 0,86%, tetapi pada tahun 2009 terjadi peningkatan lagi menjadi 154.855 kasus dengan 1384 orang meninggal dunia dan CRF 0,89%. Tahun 2010 terjadi penurunan jumlah kasus sebesar 150.000 kasus dengan 1.317 orang meninggal dan Indonesia menduduki urutan tertinggi kasus DBD di ASEAN. Jumlah kasus DBD di Indonesia dari tahun 1996 – 2010 secara rinci dapat dilihat pada Tabel 1.

Berdasarkan pada situasi diatas, WHO menetapkan Indonesia sebagai salah satu negara hiperendemik dengan jumlah provinsi yang terkena DBD sebanyak 32 provinsi dari 33 provinsi di Indonesia dan 355 kabupaten/kota dari 444 kota terkena DBD. Setiap hari dilaporkan sebanyak 380 kasus DBD dan 1 – 2 orang meninggal setiap hari.

Faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran dan penularan penyakit DBD di Indonesia diantaranya urbanisasi yang cepat, perkembangan pembangunan di daerah pedesaan, kurangnya persediaan air bersih, mudahnya transportasi yang menyebabkan mudahnya lalu lintas manusia antar daerah, adanya global warming yang dapat mempengaruhi bionomik vektor A. aegypti.

Tabel 1. Kasus DBD di Indonesia dari tahun 1996 – 2010

Tahun

Jumlah Kasus

1996

45.548

1998

72.133 (terjadi ledakan kasus)

1999

21.134

2000

33.443

2001

45.904

2002

40.377

2003

52.000

2004

79.462

2005

80.837

2006

104.656

2007

140.000

2008

137.469

2009

154.855

2010

150.000

 

 

Sumber :

Anna LK. 2011. Kasus DBD di Indonesia Tertinggi di ASEAN. http://health.kompas.com [7 Oktober 2011].

Badan Litbang Kesehatan. 2004. Kebijaksanaan Program P2-DBD dan Situasi Terkini DBD di Indonesia. Jakarta: Depkes RI.

Depkes RI. 2010. Data kasus DBD per Bulan di Indonesia 2010. Jakarta: Depkes RI.

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat. 2006. Laporan Kajian Kebijakan Penanggulangan Wabah Penyakit Menular (Studi Kasus DBD). Jakarta: Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.

WHO. 2009. Treatment, Prevention and Control. New Edition. France: WHO Press.

About Debby Fadhilah

Keahlian saya dibidang kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat (penyakit zoonotik) serta dibidang higiene pangan dan keamanan pangan (food safety) terutama pangan asal hewan. Saya juga sebagai Tenaga Ahli untuk pangan di PT. ASRInternasional Indonesia.
x

Check Also

Cara Membedakan Kucing yang Terinfeksi Feline Viral Rhinotracheitis dan Feline Calicivirus

Feline viral rhinotracheitis (FVR) dan feline calicivirus (FCV) disebut juga penyakit flu kucing (cat flu). ...

error: Content is protected !!