Home » Klinik & bedah » Hipokalsemia (milk fever) pada Sapi

Hipokalsemia (milk fever) pada Sapi

Hipokalsemia adalah gangguan metabolisme yang sering terjadi pada sapi dengan produksi susu tinggi. Kejadian ini berhubungan dengan onset laktasi yang cepat dan terjadi dalam 72 jam setelah melahirkan serta terjadi sebelum serta pada saat melahirkan. Hipokalsemia dapat disebut juga paresis puerpuralis, milk fever, calving paralysis, parturient paralysis, dan parturient apoplexy. Hipokalsemia ini juga diiringi dengan kelemahan muskular, gangguan sirkulasi dan keadaan depresi.

Pada saat melahirkan, tubuh sapi juga mempersiapkan sekresi air susu untuk pedet. Sekresi ini memerlukan peranan kalsium yang diserap dari usus atau tulang. Hormon paratiroid dan dan vitamin D3 disekresikan untuk meningkatkan absorpsi kalsium dari tulang dalam jangka waktu 24 jam. Pada beberapa sapi, hormon paratiroid sebagai pengatur tinggi rendahnya ion Ca dalam darah gagal melakukan kerjanya karena jumlah kalsium dalam usus dan tulang tidak mencukupi sedangkan produksi susu sapi tersebut tinggi. Sehingga sapi mengalami hipokalsemia dan tidak dapat berdiri. Secara normal kadar ion Ca dalam darah adalah 8-12 mg/100 ml darah. Hipokalsemia subklinis jika kadar ion Ca dalam darah 5-7 mg/100 ml darah sedangkan pada kasus hipokalsemia kadar ion Ca dalam darah berkisar antara 3-7 mg/100 ml darah.

Gejala klinis yang terjadi pada kasus hipokalsemia adalah eksitasi, tremor otot, kejang kaki belakang, hyperesthesia, konvulsi pada kepala dan anggota gerak. Gejala klinis yang lainnya adalah nafsu makan turun,suhu abnormal, ekstremitas dingin, denyut jantung cepat dan lemah, inkoordinasi motorik, gemetar, lumpuh bagian belakang, jatuh, kepala dan leher terkulai ke samping (di atas skapula) membentuk kurva S, peristaltik rumen turun, timpani, konstipasi, urinasi, pupil dilatasi, cuping mata dan hidung kering, dan kadar Ca dan P darah rendah. Sedangkan gejala klinis yang muncul di lapangan berupa lumpuh pada kaki bagian belakang.

Hipotesa terhadap kejadian hipokalsemia diantaranya sebagai berikut :

  1. Kebutuhan Ca yang tinggi dalam sekresi susu, kebutuhan ini melampaui batas sehingga Ca dimobilisasi untuk produksi susu sehingga kadar Ca dalam cairan tubuh menjadi rendah.
  2. Defisiensi kelenjar parathyroid, akibatnya proses penyerapan Ca oleh tubuh terhambat dan menyebabkan kadar Ca tubuh rendah.
  3. Disfungsi endokrin sewaktu partus, terutama terkait dengan kadar estrogen yang tinggi dalam plasma darah. Jika kadar estrogen terlalu tinggi akan menyebabkan turunnya nafsu makan yang akan berakibat turun pulanya konsumsi terhadap Ca.
  4. Stasis atau penyumbatan pada saluran pencernaan pada saat bersamaan dengan kejadian Paresis Puerpuralis.
  5. Parathyroid sedang inaktif sewaktu kering kandang sebagai akibat dari metabolisme Ca dan P yang rendah.

Terapi yang diberikan untuk kasus hiokalsemia dapat berupa pemberian Kalsium glukonas 2 g/100 kg BB. Pemberian Kalsium glukonas dapat berupa larutan 500 ml yang mengandung 8,5-11,5 g Kalsium glukonas secara intra vena. Pemberian obat harus dilakukan secara berlahan (15-20 menit) atau 1 g/menit karena Kalsium glukonas bersifat kardiotoksik. Pemberian preparat Ca dapat menaikkan kadar Ca darah dalam waktu 4 jam, jika dalam waktu 8-12 jam sapi tidak berdiri maka pemberian preparat kalsium dapat diulang. Pencegahan terhadap hipokalsemia pada sapi yang akan melahirkan yaitu dengan memberikan pakan rendah P dan kaya Ca dengan perbandingan 1:4 dan pemberian preparat Vitamin D.

Gejala klinis dari hipokalsemia pada sapi yang ditandai dengan kepala dan leher terkulai ke samping  (di atas skapula) membentuk kurva SGambar 1 Gejala klinis dari hipokalsemia pada sapi yang ditandai dengan kepala dan leher terkulai ke samping (di atas skapula) membentuk kurva S

 

 

 
Sumber :

Aiello et al. 2000. The Merck Veterinary Manual. Edisi ke-8. USA : Whitehouse station.

Goff JP. 2008. The Monitoring, Prevention and Treatment of Milk Fever and Subclinical Hyocalsemia in Dairy Cows. The Veterinary Journal 176 (1) : 50-57.

Hafez ESE. 1981. Reproduction in Farm Animal. 4th ed. Philadelphia : Lea and Febiger.

[NADIS] National Animal Disease Information Service. Hypocalcaemia and hypomagnesaemia http://www.nadis.org.uk/bulletins/hypocalcaemia-and-hypomagnesaemia.aspx[15 Mei 2014].

Subronto, Tjahajati I. 2001. Ilmu Penyakit Ternak II. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Wijaya A. 2003. Bahan Kuliah Ilmu Penyakit Dalam I. Laboratorium Ilmu Penyakit Dalam. Bogor : Bagian Klinik Veteriner FKH IPB.

About Debby Fadhilah

Keahlian saya dibidang kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat (penyakit zoonotik) serta dibidang higiene pangan dan keamanan pangan (food safety) terutama pangan asal hewan. Saya juga sebagai Tenaga Ahli untuk pangan di PT. ASRInternasional Indonesia.
x

Check Also

Pengobatan dan Pencegahan Terhadap Infeksi Pseudomonas aeruginosa

Pseudomonas aeruginosa merupakan flora normal pada tubuh dan tidak akan menimbulkan penyakit selama pertahanan tubuh ...

error: Content is protected !!