Artikel berikut ini akan menjelaskan mengenai gejala klinis dan diagnosa endometritis. Adapun penjelasannya yaitu sebagai berikut:
a. Gejala Klinis
Gejala klinis yang ditemukan pada kasus endometritis ringan adalah keluarnya lendir yang berwarna sedikit keruh ketika dilakukan palpasi per rektal. Sedangkan gejala klinis yang ditemukan pada kasus endometritis berat adalah keluarnya lendir yang berwarna keruh dan kental dari vagina dan menggantung dari area vulva (Gambar 1), dan setelah ovarium diperiksa tidak ada kelainan. Gejala pada endometritis ringan terkadang tidak begitu jelas, sapi masih memperlihatkan gejala estrus dan tetap kawin tetapi tidak terjadi kebuntingan (konsepsi) atau kawin berulang (repeat breeder). Pada endometritis berat ditandai dengan penimbunan cairan (hidrometra) atau nanah (pyometra) di uterus (Gambar 2). Gejala ini akan terlihat jelas jika sapi berbaring, cairan atau nanah akan keluar dari vagina dan biasanya ada yang tertinggal di ujung rambut vulva (tuft). Selain itu, vagina mengalami peradangan berupa kebengkakan pada mukosa vagina. Sedangkan endometritis akut memiliki gejala seperti meningkatnya suhu tubuh (demam), sering urinasi, nafsu makan menurun, produksi menurun, denyut nadi lemah, pernafasan cepat, ada rasa sakit pada uterus ditandai dengan sering menengok ke belakang, ekor sering diangkat dan selalu merejan.
Gambar 1 Endometritis yang ditandai dengan keluarnya lendir kental dan keruh dari vagina
Gambar 2 Endometritis berat ditandai dengan penimbunan nanah pada uterus (pyometra)
b. Diagnosa
Diagnosa endometritis dapat didasarkan pada anamnese, pemeriksaan rektal, pemeriksaan vaginal dan biopsi. Pemeriksaan vaginal dapat dilakukan dengan menggunakan vaginoscope dengan melihat adanya lendir, lumen serviks agak terbuka dan kemerahan di daerah vagina, serviks. Dengan pemeriksaan rektal akan teraba dinding uterus agak kaku dan di dalam uterus ada cairan tetapi tidak dirasakan sebagai fluktuasi (tergantung derajat infeksi). Biasanya pada kasus endometritis beberapa kali dikawinkan tetapi tidak bunting, siklus estrus diperpanjang kecuali pada endometritis yang sangat ringan.
Kasus endometritis yang terjadi bervariasi tergantung pada tingkat keganasan bakteri yang menginfeksi, jumlah bakteri, dan ketahanan tubuh sapi. Kasus endometritis dapat menurunkan kesuburan/fertilitas bahkan sampai timbul kemajiran sehingga mengganggu proses reproduksi.
Sumber :
Anonim. 2014. Obstetrics and Gynecological conditions of Cattle and Buffalo Anoestrum.http://www.agritech.tnau.ac.in/expert_system/cattlebuffalo/Obstetrics%20and%20Gynecological%20conditions.html [27 Maret 2014].
Anonim. 2014. Fertility in Dairy Herds. http://www.nadis.org.uk/bulletins/fertility-in-dairy-herds/part-7-uterine-infection.aspx [27 Maret 2014].
Hardjopranjoto SH. 1995. Ilmu Kemajiran Ternak. Surabaya : Airlangga University Press.
Subronto. 2003. Ilmu Penyakit Ternak (Mammalia). Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.