Home » Klinik & bedah » Gejala Klinis Canine Distemper Virus

Gejala Klinis Canine Distemper Virus

Gejala klinis Canine Distemper Virus pada anjing yang terinfeksi bervariasi, hal ini tergantung dari umur hewan, kondisi tubuh, keadaan sistem immun tubuh dan strain dari virus. Gejala klinis yang terlihat mulai dari yang ringan berupa kelesuan (lethargy) sampai berat berupa kejang-kejang (seizure). Gejala klinis awal yang terlihat dari penyakit ini yaitu demam, dehidrasi, adanya discharge purulen dari hidung (Gambar 1) dan mata, batuk, gangguan pernafasan, konjungtivitis (Gambar 2), muntah dan diare dengan konsistensi cair dan terdapat bercak darah atau dapat juga berupa diare yang berlendir.

Keluarnya discharge purulen dari hidung pada anjing yang terinfeksi Canine Distemper Virus

Sumber: http://www.worldclassgsd.com

Gambar 1 Keluarnya discharge purulen dari hidung pada anjing yang terinfeksi Canine Distemper Virus

Anjing yang berusia 2 tahun mengalami Canine Distemper akut dengan gejala klinis berupa konjungtivitis, rhinitis dan dermatitis pada kulit wajah (facial dermatitis)

Sumber: Mazzaferro 2010

Gambar 2 Anjing yang berusia 2 tahun mengalami Canine Distemper akut dengan gejala klinis berupa konjungtivitis, rhinitis dan dermatitis pada kulit wajah (facial dermatitis)

Anjing yang bertahan dari penyakit sistemik akut dapat mengembangkan berbagai macam bentuk gejala klinis seperti terjadi lesi pada kulit termasuk dermatitis pustular pada anak anjing, hiperkeratosis pada telapak kaki (hard pad) (Gambar 3) dan hidung serta juvenile cellulitis. Gejala saraf dapat terlihat 1 – 3 minggu setelah pemulihan dari penyakit sistemik. Munculnya gejala saraf juga dapat lebih lama yaitu beberapa minggu sampai beberapa bulan. Hal ini tergantung pada daerah mana dari sistem saraf pusat yang terkena dampak oleh virus ini. Gejala saraf yang terlihat dapat berupa hyperesthesia (peningkatan kepekaan terhadap rangsangan terutama terhadap sentuhan/sakit jika disentuh) atau kekakuan pada leher (meningitis), kejang-kejang, paresis, paralisis, ataksia, mioklonus (kejang pada otot tak sadar). Gejala syaraf sering terlihat bersamaan dengan terjadinya hiperkeratosis (penebalan kulit).

Anjing yang terinfeksi Canine Distemper Virus mengalami hiperkeratosis pada telapak kaki (hard pad)

Sumber: http://www.worldclassgsd.com

Gambar 3 Anjing yang terinfeksi Canine Distemper Virus mengalami hiperkeratosis pada telapak kaki (hard pad)

Lesi pada tulang (metaphyseal osteosclerosis) juga dapat terjadi, hal ini dikaitkan dengan infeksi Canine Distemper Virus pada anjing ras besar pada umur antara 3 – 6 bulan. Gejala klinis lain yang dapat mincul yaitu lesi pada mata yang berhubungan dengan infeksi Canine Distemper Virus yang berkembang setelah anjing pulih dari penyakit sistemik akut. Lesi pada mata dapat mengakibatkan kebutaan tiba-tiba, midriasis (pelebaran pupil) persisten (neuritis optik), ablasi retina, hyperreflectivity retina dan keratokonjungtivitis sicca. Kadang-kadang enamel hipoplasia atau kekurangan enamel gigi terlihat pada anjing dewasa (Gambar 4), hal ini merupakan bukti dari adanya infeksi Canine Distemper Virus sebelumnya. Kekurangan enamel gigi apabila tidak diobati dapat menyebabkan kerusakan gigi yang parah.

Terjadi enamel hipoplasia pada anjing yang menderita Canine Distemper

Sumber: Mazzaferro 2010

Gambar 4 Terjadi enamel hipoplasia pada anjing yang menderita Canine Distemper

Sumber:

Ettinger SJ, Feldman EC. Textbook of Veterinary Internal Medicine. Volume I. Edisi ke-6. 2004. St. Louis, Missouri: Elsevier Inc.

John D. 2000. Textbook Small Animals Medicine. London: W.B Saunders.

Mazzaferro EM. 2010. Small Animals Emergency and Critical Care. USA: Wiley-Blackwell.

About Debby Fadhilah

Keahlian saya dibidang kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat (penyakit zoonotik) serta dibidang higiene pangan dan keamanan pangan (food safety) terutama pangan asal hewan. Saya juga sebagai Tenaga Ahli untuk pangan di PT. ASRInternasional Indonesia.
x

Check Also

Pengobatan dan Pencegahan Terhadap Infeksi Pseudomonas aeruginosa

Pseudomonas aeruginosa merupakan flora normal pada tubuh dan tidak akan menimbulkan penyakit selama pertahanan tubuh ...

error: Content is protected !!