Home » Kesmavet » Faktor Risiko Anthrax

Faktor Risiko Anthrax

Bacillus anthracis bentuk vegetatif dan bentuk spora
Siklus dari infeksi anthrax dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu faktor terjadinya sporulasi dan germinasi, seperti pH, suhu lingkungan, aktivitas air dan kandungan mineral. Faktor lain yang mempengaruhi kejadian anthrax yaitu faktor yang berhubungan dengan musim, aktivitas merumput, kesehatan dari inang, populasi serangga dan aktivitas manusia.

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya tahan hidup spora anthrax di alam. Daya tahan hidup spora dipengaruhi oleh pH, pergerakan air, temperatur, kelembaban dan kandungan nutrisi dalam tanah. Daya tahan spora meningkat dalam tanah yang mempunyai pH > 6.0, kelembaban > 96%, mengandung bahan organik yang tinggi, kaya kalsium dan nitrogen yang memadai, temperatur lingkungan >15.5 oC dan terjadinya perubahan besar dari lingkungan mikro tanah seperti yang dihasilkan pada curah hujan tinggi.

Mengingat bentuk vegetatif kuman anthrax tidak dapat bertahan di luar tubuh induk semang ternak atau manusia hidup, maka pada kenyataannya bentuk ini cepat mati dalam bangkai ternak. Siklus penularan bergantung secara primer pada tanah pertanian yang bertindak sebagai reservoir spora anthrax. Pada saat awal terbentuk, spora bisa menjadi sangat resisten dan tidak aktif (dormant), akan tetapi dalam periode pendedahan terhadap lingkungan tanah yang berlangsung lama dapat membuat spora mulai berubah. Salah satunya adalah kandungan kalsium dalam tanah bisa meningkatkan daya tahan hidup spora anthrax.

Suatu penelitian menunjukkan potensi penularan anthrax oleh tanaman palawija yang tumbuh di tanah yang terkontaminasi spora anthrax. Kasus anthrax di daerah-daerah endemis seringkali terkait dengan kebun yang ditanami palawija seperti jagung, singkong, tebu, atau juga yang tumpang sari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 92% tanaman jagung yang tumbuh di lokasi tanah yang terkontaminasi dengan spora anthrax dinyatakan kultur positif terhadap B. anthracis dari batang sampai ke ujung daun. Begitu juga tanah pertanian di sekitar saluran irigasi dimana ternak merumput merupakan faktor risiko bagi terjangkitnya anthrax, oleh karena spora anthrax cenderung suka mengapung pada air yang mengalir atau air yang berkumpul dalam satu lokasi tertentu. Kasus anthrax lebih banyak terjadi pada sistem pemeliharaan ternak yang dilepas untuk merumput pada waktu siang hari, dibandingkan dengan ternak yang dikandangkan terus menerus dan diberi pakan (barn anthrax).

Terjadinya wabah anthrax dilaporkan seringkali didahului dengan perubahan ekologi (iklim) yang jelas seperti banjir atau hujan yang diikuti dengan kekeringan. Wabah anthrax berkaitan dengan curah hujan tinggi dan banjir. Kebanyakan kasus anthrax terjadi di daratan rendah yang mempunyai perbedaan musim dan secara langsung berkaitan dengan jumlah curah hujan. Kasus anthrax juga terjadi bersamaan dengan musim hujan, di mana ternak mulai makan tanaman yang baru tumbuh. Ada suatu teori menyatakan bahwa aliran air yang terus-menerus dan berevaporasi ke wilayah lebih rendah dapat mengumpulkan spora yang berasal dari epidemik yang lalu sehingga terkonsentrasi di wilayah tersebut dan meningkatkan potensi penularan.

Pada dasarnya wabah anthrax seringkali terjadi selama bulan-bulan dengan cuaca panas dan iklim yang kering. Dalam hal ini, iklim kemungkinan mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung cara bagaimana ternak kontak dengan spora anthrax. Sebagai contoh, selama periode kering ternak merumput lebih dekat dengan tanah oleh karena kebanyakan tanaman atau vegetasi menjadi layu dan juga meranggas, sehingga membuka lebih besar kemungkinan spora anthrax tertelan oleh ternak. Begitu juga pola perilaku musim meningkatkan kemungkinan pendedahan terhadap spora anthrax.

Kejadian anthrax seringkali dikaitkan dengan penyakit negara berkembang, meskipun penyakit ini juga terjadi di negara-negara maju. Suatu hal yang sangat umum dan menjadi suatu tradisi atau kebiasaan dimana peternak pedesaan di negara berkembang (termasuk di Indonesia) cenderung melakukan penyembelihan ternak yang kedapatan mati mendadak demi alasan ekonomi.

Tradisi ini sangat sulit dihilangkan mengingat juga bahwa ternak di negara berkembang di pedesaan pada umumnya tidak disembelih di tempat-tempat pemotongan resmi (rumah pemotongan hewan). Suatu situasi yang biasanya tidak bisa dilepaskan dari sosio-antropologi masyarakat pedesaan yang kebanyakan hidup dalam kondisi miskin secara ekonomi maupun sosial.

Praktik-praktik sosial dalam masyarakat peternakan terutama di Asia dan Afrika, termasuk tukar-menukar ternak sapi, disposal karkas yang tidak memadai, makan daging yang terkontaminasi, penggembalaan yang berlebihan dan cakupan vaksinasi yang kurang memadai, memegang peranan penting dalam tingkat endemisitas anthrax. Berbeda dengan di negara-negara maju, di mana penyebab yang lebih penting adalah kasus anthrax pada pekerja industri wool yang terekspos secara aerosol.

 

 

 

Sumber :

Dragon DC and Rennie RP. 1995. The ecology of anthrax spores: tough but not invincible. Can Vet J 36 : 295-301.

Erickson MC and Kornacki JL. 2007. Implications to Contamination of Food with Bacillus anthracis: A White Paper. USA : University of Georgia, Center for Food Safety, Griffin.

Lewerin SS et al. 2010. Anthrax outbreak in a Swedish beef cattle herd 1st case in 27 years: Case report. Acta Vet.Scandinavia 52 (7) : 1-8.

Naipospos TSP. 2011. Pertanian, Tradisi dan Anthrax. http://tatavetblog.blogspot.com/2011/08/pertanian-tradisi-dan-anthrax.html [24 Mei 2012].

WHO, FAO, OIE 2008. Anthrax in Humans and Animals. Ed ke-4. France : WHO Press.

About Debby Fadhilah

Keahlian saya dibidang kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat (penyakit zoonotik) serta dibidang higiene pangan dan keamanan pangan (food safety) terutama pangan asal hewan. Saya juga sebagai Tenaga Ahli untuk pangan di PT. ASRInternasional Indonesia.
x

Check Also

Apa Itu Leptospirosis dan Bahayanya Terhadap Hewan

Apa itu Leptospirosis dan agen penyebabnya? Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Leptospira sp. ...

error: Content is protected !!