Home » Kesmavet » Efek Global Warming terhadap Peningkatan Kasus Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)

Efek Global Warming terhadap Peningkatan Kasus Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)

Global warming menyebabkan terjadinya perubahan temperatur atmosfer yang akan mempengaruhi terjadinya perubahan iklim secara global. Perubahan iklim menunjukkan adanya perubahan pada iklim yang disebabkan secara langsung maupun tidak langsung oleh kegiatan manusia yang mengubah komposisi atmosfer global dan juga terhadap variabilitas iklim alami yang diamati selama periode waktu tertentu. Perubahan temperatur atmosfer menyebabkan kondisi fisis atmosfer menjadi tidak stabil dan menimbulkan terjadinya anomali-anomali terhadap parameter cuaca yang berlangsung lama. Dalam jangka panjang anomali-anomali parameter cuaca tersebut akan menyebabkan terjadinya perubahan iklim.

Meningkatnya suhu di atmosfer akan berpengaruh terhadap kelembaban udara. Daerah-daerah beriklim hangat akan menjadi lebih lembab karena lebih banyak air yang menguap dari lautan, sehingga akan meningkatkan curah hujan rata-rata sekitar 1% untuk setiap 1 oC F pemanasan. Seratus tahun terakhir ini curah hujan di seluruh dunia telah meningkat sebesar 1%. Para ahli telah memperkirakan perubahan curah hujan yang akan terjadi di Asia Tenggara meningkat 3.6% pada tahun 2020-an dan 7.1% pada tahun 2050 serta 11.3% pada tahun 2080-an. Menggunakan model simulasi (IS92a pakai dan tanpa aerosol) diperkirakan iklim di Asia Tenggara akan menjadi lebih panas dan lebih basah dari pada kondisi yang kita miliki saat ini, hal ini mengakibatkan berpeluang besar untuk terjadi banjir dan longsor di musim penghujan dan kekeringan di musim kemarau.

            Perubahan iklim akibat global warming memberikan dampak bagi kesehatan masyarakat secara langsung maupun tidak langsung. Pola iklim termasuk suhu dan pola curah hujan berpengaruh terhadap potensi peningkatan kejadian penyakit yang ditularkan oleh vektor (vector borne diseases). Diperkirakan jika suhu meningkat 3 oC pada tahun 2100, maka akan terjadi peningkatan proses penularan penyakit oleh nyamuk dua kali lipat. Peningkatan penyebaran penyakit DBD terkait dengan perubahan iklim yang terjadi karena semakin banyak media, lokasi serta kondisi yang mendukung perkembangbiakan bibit penyakit dan media pembawanya. Musim hujan berkepanjangan memperluas area genangan air dan menjadi tempat yang ideal perkembangbiakan nyamuk penyebab penyakit DBD.

Global warming sangat mempengaruhi terjadinya penularan penyakit dan peningkatan kasus penyakit DBD. Perubahan iklim akibat dari efek global warming akan menyebabkan terjadinya perubahan habitat nyamuk A. aegypti. Perubahan iklim menyebabkan terjadinya peningkatan suhu udara dan curah hujan disuatu daerah. Curah hujan berlebih dan banjir juga menyediakan tempat berkembang biak dan habitat yang cukup luas untuk nyamuk dan agen pembawa penyakit. Tidak adanya sistem drainase yang baik maka akan terbentuk genangan-genangan air yang cocok untuk perkembangbiakan nyamuk A. aegypti.

Peningkatan suhu akibat dari efek global warming dapat mempengaruhi perkembangbiakan nyamuk A. aegypti dengan memperpendek waktu yang diperlukan untuk perkembangbiakan fase telur menjadi nyamuk dewasa, sehingga menyebabkan jumlah vektor dapat meningkat dengan cepat. Peningkatan suhu juga dapat mempersingkat waktu virus dalam nyamuk untuk berkembang dan menjadi infektif.  Hal ini akan menyebabkan nyamuk menjadi berbahaya bagi masyarakat lebih cepat dari sebelumnya. Pada suhu 26 oC diperlukan 25 hari untuk virus dari saat pertama nyamuk terinfeksi sampai dengan virus dengue berada dalam kelenjar liurnya dan siap untuk ditularkan  kepada calon penderita DBD. Sebaliknya, hanya memerlukan waktu yang relatif pendek yaitu 10 hari pada suhu 30 oC. Faktor iklim yang panas dan lembab akibat musim hujan akan memperpanjang umur nyamuk A. aegypti.

Selain itu, peningkatan suhu dapat menyebabkan nyamuk betina akan menggigit lebih sering dari sebelumnya. Perubahan iklim juga dapat memungkinkan vektor (nyamuk) untuk memperluas jangkauan ke wilayah geografis baru.  Nyamuk dapat bertahan hidup di daerah-daerah yang sebelumnya terlalu dingin musim dingin menjadi lebih hangat dari sebelumnya akibat global warming.

Kata kunci: efek global warming, peningkatan kasus DBD

 

Sumber :

Casper JK. 2010. Global Warming Changing Ecosystems. New York: Facts On File.

Dobson A. 2009. Climate Variability, Global Change, Immunity and The Dynamics of Infectious Diseases. Ecology 90 920-927.

Fish D. 2008. Why We Do Not Understand The Ecological Connections Between The Environment and Human Health: The Case for Vector-Borne Disease. In Vector-borne Diseases: Understanding the Environmental, Human Health and Ecological Connections. Washington DC: The National Academies Press. Hlm 65-69.

Gould E A and Higgs S. (2009). Impact of climate change and other factors on emerging arbovirus diseases. R. Soc. Trop. Med. Hyg 103: 109-121.

Henningfeld DA. 2011. Confornting Global Warming Health and Disease. New York: Greenhaven Press.

Knowlton K, Solomon G, Ellman MR. 2009. Mosquito-Borne Dengue Fever Threat Spreading in The Americas. New York: NRDC Issue Paper.

Santoso H dan Forner C, 2007. Climate change projections for Indonesia. Bogor: TroFCCA.

Wijayanti K. 2008. Penyakit-penyakit yang Meningkat Kasusnya Akibat Perubahan Iklim Global. Medical Review 21(3) 81-86.

 

 

Penulis:

Drh. Debby Fadhilah Pazra MSi

 

About Debby Fadhilah

Keahlian saya dibidang kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat (penyakit zoonotik) serta dibidang higiene pangan dan keamanan pangan (food safety) terutama pangan asal hewan. Saya juga sebagai Tenaga Ahli untuk pangan di PT. ASRInternasional Indonesia.
error: Content is protected !!