Home » Reproduksi » Apa Itu Repeat Breeder dan Faktor Penyebabnya?

Apa Itu Repeat Breeder dan Faktor Penyebabnya?

Sumber: http://www.ccari.res.in

Definisi repeat breeder

Repeat breeder atau kawin berulang yaitu berulang-ulangnya hewan minta kawin namun sulit bunting meskipun sudah diinseminasi berulang kali padahal kondisi hewan sehat. Definisi lain dari repeat breeder yaitu sebagai suatu kelainan reproduksi hewan betina yang mempunyai siklus birahi normal dan gejala estrus yang jelas tetapi bila dikawinkan 2-3 kali atau lebih, baik secara alami atau dengan IB tidak mengalami kebuntingan. Penyakit ini mudah didiagnosa namun sulit disembuhkan.

 

Faktor penyebab repeat breeder

Faktor penyebab terjadinya repeat breeder adalah sebagai berikut:

1. Kelainan anatomi saluran reproduksi

Kelainan anatomi dapat bersifat genetik dan non genetik. Kelainan anatomi saluran reproduksi ini ada yang mudah diketahui secara klinis dan ada yang sulit diketahui, yaitu seperti :

  • Tersumbatnya tuba falopii
  • Adanya adhesi antara ovarium dengan bursa ovarium
  • Lingkungan dalam uterus yang kurang baik
  • Fungsi yang menurun dari saluran reproduksi.

2. Ovulasi tertunda atau kegagalan ovulasi

Ovulasi normlanya terjadi pada periode awal birahi atau sampai beberapa jam setelah berakhirnya birahi. Ovulasi normal pada sapi terjadi pada akhir masa birahi, namun dapat terjadi ovulasi tertunda 1-2 hari setelah berhentinya birahi, sehingga apabila ternak tersebut dikawinkan baik alami maupun inseminasi buatan maka kemungkinan akan terjadi pembuahan akan kecil. Hal ini dikarenakan sel sperma berada di tuba fallopi terlalu lama untuk menunggu sel telur, sehingga sel sperma tersebut menjadi tua bahkan mati sebelum terjadi pembuahan. Berbeda pada negara yang memiliki empat musim biasnya ovulasi akan ditunda sampai kondisi lingkungan memenuhi syarat untu hal tersebut.

Kegagalan ovulasi terjadi apabila folikel de graff yang sudah matang gagal menjadi pecah karena adanya gangguan hormon gonadotropin yaitu FSH dan LH. Selain itu, kasus adanya kista folikel dan kista luteal. Pada folikel yang tidak tumbuh lebih lanjut menjadi folikel de graff dikarenakan rendahnya skresi LH.

3. Sel telur yang abnormal

Ketidak seimbangan dari hormon akan menyebabkan ovulasi yang tidak normal, sedangkan ovulasi yang tidak normal akan menyebakan sel telur yang dihasilkan tidak normal juga. Pada hewan mamalia keadaan normal sel telur memiliki ciri-ciri bulat seperti bola utuh dengan zona pellucida, masa suburnya mencapai 12-24 jam. Oleh karena itu, sel telur harus segera dibuahi sebelum  menjadi tua atau bahkan mati. Bentuk  sel telur yang menyimpang dari ciri-ciri di atas dapat dikatakan sebagai sel telur yang tidak normal dan akan segera mati atau apabila dibuahi maka akan menghasilkan zigot yang lemah.

Baca juga mengenai:

Apa Itu Kista Folikuler dan Bagaimana Penanganannya

 

4. Semen yang tidak subur (infertile) atau sperma yang abnormal

Sperma yang mempunyai bentuk abnormal menyebabkan kehilangan kemampuan untuk membuahi sel telur di dalam tuba falopii. Kasus kegagalan proses pembuahan karena sperma yang bentuknya abnormal mencapai 24-39% pada sapi induk yang menderita kawin berulang dan 12-13% pada sapi dara yang menderita kawin berulang.

5. Kesalahan pengelolaan reproduksi

Kesalahan pengelolaan reproduksi dapat berupa :

  • Kurang telitinya dalam deteksi birahi sehingga terjadi kesalahan waktu untuk diadakan inseminasi buatan dan akan mengalami kegagalan pembuahan. Deteksi birahi yang tidak tepat menjadi penyebab utama kawin berulang, karena itu program deteksi birahi harus selalu dievaluasi secara menyeluruh.
  • Kualitas sperma yang tidak baik dan teknik inseminasi yang tidak tepat.
  • Manajemen pakan dan sanitasi kandang yang tidak baik.
  • Kesalahan dalam memperlakukan sperma, khususnya perlakuan pada semen beku yang kurang benar, pengenceran yang kurang tepat, proses pembekuan sperma, penyimpanan dan thawing yang kurang baik.
  • Faktor manajemen lain seperti pemelihara atau pemilik ternak hendaknya ahli dalam bidang kesehatan reproduksi.

6. Gangguan atau penyakit pada saluran reproduksi

Hewan betina yang mengalami metritis, endometritis, cervitis dan vaginitis dapat menjadi penyebab kawin berulang pada hewan. Mikroorganisme yang sering menyebabkan repeat breeder adalah Ureaplasma sp. Meskipun begitu, kultur bakteri pada kasus repeat breeder sering didapat hasil negatif.

7. Kematian embrio dini

Kematian embrio menunjukkan kematian dari ovum dan embrio yang fertil sampai akhir dari implantasi.

Baca juga mengenai:

Corpus Luteum Persisten dan Cara Penanganannya

 

 

Sumber:

Connor ML. 2008. Factors Causing Uterine Infections in Cattle. www.das.psu.edu/teamdiary/  [11 Februari 2016].

Hafez, E.S.E, 1993, Reproduction Failure in Females, 6 th edition, LEA And Febiger, Philadelphia, pp: 267, 271.

Hardjopranjoto, H.S, 1995, Ilmu Kemajiran Pada Ternak, Airlangga University Press, Hal: 103-114, 139-146.

Manspeaker JE. 1998. Metritis and Endometritis. Dairy Integrated Reproductive Management 1998; (IRM-22) Hal 1-3.

Peter AT. 2008. Managing Postpartum Health and Cystic Ovarian Disease. peterat@vet.purdue.edu. [11 Februari 2016].

Toelihere, M.R, 1981, Ilmu Kemajiran Pada Ternak Sapi, Edisi Pertama, Institut Pertanian Bogor, Hal: 52-57, 76-85.

 

 

About Debby Fadhilah

Keahlian saya dibidang kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat (penyakit zoonotik) serta dibidang higiene pangan dan keamanan pangan (food safety) terutama pangan asal hewan. Saya juga sebagai Tenaga Ahli untuk pangan di PT. ASRInternasional Indonesia.
error: Content is protected !!