Home » Reproduksi » Abortus pada Hewan

Abortus pada Hewan

Abortus merupakan ketidakmampuan fetus untuk bertahan hidup sebelum waktunya dilahirkan, namun proses organogenesis (pembentukan organ) telah selesai. Apabila kebuntingan berakhir sebelum terjadinya organogenesis, prosesnya dinamakan kematian embrio dini (early embrionic death). Apabila fetus mati sesaat setelah dilahirkan, kasus ini dinamakan stillbirth (bayi lahir mati/kelahiran mati). Berbagai etiologi abortus juga dapat menyebabkan stillbirth, mumifikasi dan deformitas atau kelemahan neonatus.

Gejala klinis dari abortus yaitu fetus lahir prematur, pada saat lahir lemah dan kemudian mati atau fetus sudah mati di dalam uterus. Pada kebanyakan kasus abortus, fetus mati di dalam uterus dan akan dikeluarkan dalam waktu 24-72 jam dimana telah terjadi autolisis. Abortus pada anjing dan kucing kadang-kadang dapat terjadi tanpa diketahui dan induknya memakan fetus yang abortus tersebut, sedangkan abortus pada hewan besar mungkin diperlukan bantuan untuk mengeluarkan fetus yang abortus dengan metode obstetrik normal.

Kematian awal dan pengeluaran ova, embrio atau fetus umumnya diklasifikasikan sebagai infertilitas. Kematian ova yang telah dibuahi dapat dihubungkan dengan siklus birahi normal. Siklus birahi yang lama dan tidak menentu dapat disebabkan oleh kematian dan abortus embrio atau fetus pada sapi dan biasanya terjadi pada kebuntingan 1,5 – 3 bulan sebelum fetus dikeluarkan cukup besar untuk dikenal. Kebuntingan normal pada sapi terjadi selama 9 bulan, apabila abortus yang terjadi sebelum bulan kelima masa kebuntingan biasanya tidak disertai dengan retensio secundinae tetapi apabila abortus yang terjadi sesudah bulan kelima sering disertai dengan retensio secundinae.

Abortus pada anjing, kucing dan babi kadang-kadang dapat terjadi fenomena resorbsi fetus. Pada kasus ini, kebuntingan yang telah dikonfirmasi ternyata kemudian ditemukan tidak bunting dan tidak teramati adanya kejadian abortus. Pada kasus lain, jumlah fetus yang lahir lebih sedikit daripada jumlah fetus yang jelas terlihat pada hasil ultrasonografi sebelumnya pada kebuntingan awal. Pada kasus ini, jaringan fetus mengalami autolisis dan dicerna (difagositosis) oleh sel-sel pertahanan di dalam darah. Rangkaian scan ultrasonografi pada pasien tersebut dapat menunjukkan kematian dan hilangnya fetus di dalam uterus, biasanya terlihat pada umur kebuntingan 4 – 5 minggu. Penyebab terjadinya kematian fetus tesebut tidak diketahui secara pasti tetapi kemungkinan besar disebabkan oleh kurangnya ruang plasenta untuk masing-masing fetus tersebut.

Begitu proses abortus terjadi pada hewan, tidak banyak yang dapat dilakukan untuk menghentikannya. Semua kasus abortus harus diteliti untuk memastikan penyebab dari abortus tersebut dan untuk memastikan bahwa penyebab abortus tersebut bukan terjadi karena infeksi yang dapat ditularkan ke hewan yang lain. Tindakan higienis pencegahan dilakukan sesegera mungkin sampai didapatkan diagnosa yang pasti.

abortus pada domba

Sumber: http://www.motesclearcreekfarms.com/SABoerGoats/ASP/Maria-Browning/Causes-of-Infectious-Abortions-in-Goats.asp

Gambar 1 Aborsi pada kambing

 

 

Sumber :

Aiello et al. 2000. The Merck Veterinary Manual. Edisi ke-8. USA : Whitehouse station.

Anonim. 2014. Cause of Infectious Abortion in Goats. http://www.motesclearcreekfarms.com/SABoerGoats/ASP/Maria-Browning/Causes-of-Infectious-Abortions-in-Goats.asp [27 Maret 2014].

Jackson PGG. 2004. Handbook of Veterinary Obstetric. Elsevier : Saunders.

Manan D. 2002. Ilmu Kebidanan pada Ternak. Proyek Peningkatan Penelitian Perguruan Tinggi. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional.

Noakes DE, Parkinson TJ, England GCW. 2001. Arthur’s Veterinary Reproduction and Obstetrics. London: W.B. Saunders.

About Debby Fadhilah

Keahlian saya dibidang kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat (penyakit zoonotik) serta dibidang higiene pangan dan keamanan pangan (food safety) terutama pangan asal hewan. Saya juga sebagai Tenaga Ahli untuk pangan di PT. ASRInternasional Indonesia.
x

Check Also

Pengobatan dan Pencegahan Terhadap Infeksi Pseudomonas aeruginosa

Pseudomonas aeruginosa merupakan flora normal pada tubuh dan tidak akan menimbulkan penyakit selama pertahanan tubuh ...

error: Content is protected !!