Reservoir virus Ebola sebagai sumber infeksi di alam belum diketahui secara pasti. Ada dugaan kuat bahwa virus Ebola tersebar di alam bebas pada satwa liar. Beberapa pakar berpendapat bahwa kelelawar dapat menjadi kandidat reservoir yang paling memungkinkan, meskipun isolasi virus Ebola dari kelelawar belum sepenuhnya dapat dilakukan. Antibodi Zaire ebolavirus telah ditemukan pada tiga spesies kelelawar buah seperti Hypsygnathus monstrosus, Epomops franqueti dan Myonyctevis forquata. Penularan virus dari kelelawar ke mamalia atau primata belum diketahui secara pasti, karena kelelawar kemungkinan dapat sebagai reservoir maupun sebagai inang amplifier. Secara artificial infeksi pada kera selalu mengakibatkan kematian, tetapi para pakar percaya bahwa infeksi subklinis dapat terjadi.
Manusia dapat terinfeksi virus Ebola setelah menangani bangkai hewan yang terinfeksi ditemukan di hutan terutama primata non manusia dan duikers (sejenis antelop liar). Virus Ebola dapat masuk ke dalam tubuh melalui membrana mukosa dan kulit yang terluka. Filovirus kemungkinan juga dapat ditularkan secara langsung dari kelelawar ke manusia.
Baca juga mengenai: Sejarah dan Etiologi Virus Ebola
Virus Ebola dapat menular dari manusia ke manusia. Titer virus yang tinggi terdapat pada darah dan dapat mencemari lingkungan selama tahap penyakit hemoragik. Penularan dari manusia ke manusia dapat terjadi melalui kontak langsung dengan ekstreta pasien (darah, semen, urin) yang terinfeksi virus Ebola sampai 7 minggu setelah pemulihan klinis. Selain darah, semen dan urin, virus Ebola juga dapat ditemukan pada air liur, air mata, ASI dan feses. Zaire ebolavirus diisolasi dari semen pasien yang telah sembuh sampai 82 hari setelah timbulnya gejala klinis dan terdeteksi oleh RT-PCR hingga 91 hari. Virus Ebola juga ditemukan pada ASI seorang pasien dalam masa penyembuhan (15 hari setelah timbulnya penyakit). Penularan secara tidak langsung pada manusia juga dapat terjadi melalui jarum suntik yang tidak disterilkan dengan sempurna.
Virus Ebola di laporkan dapat bertahan hidup selama beberapa waktu di dalam darah dan jaringan pada temperatur ruang serta muntah yang mengandung darah juga dapat sebagai media penular virus ini. Penularan secara aerosol telah dilaporkan pada primata non manusia, sedangkan pada manusia penularan melalui aerosol bukan sebagai penyebab utama outbreak di manusia. Antibodi terhadap virus Ebola Reston telah terdeteksi pada delapan orang warga negara Amerika Serikat yang telah merawat monyet yang diimpor dari Filipina, namun tidak satupun dari mereka menunjukkan gejala penyakit.
Baca juga mengenai: Sumber dan Rute Infeksi Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus
Sumber:
Acha PN, Szyfres B. 2003. Zoonoses and Communicable Diseases Common to Man and Animals. Third Edition. Volume III. USA : Pan American Health Organization.
[CFSPH] The Center for Food Security and Public Health. 2009. Viral Hemorrhagic Fevers-Ebola and Marburg. Iowa: Iowa State University.Soeharsono. 2002. Zoonosis: Penyakit Menular dari Hewan ke Manusia. Yogyakarta: Kanisius.
Soejoedono RR. 2004. Zoonosis. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan IPB.