Home » Kesmavet » Gejala Klinis Tuberkulosis

Gejala Klinis Tuberkulosis

gejala Tb
Keluhan yang dirasakan oleh pasien TB dapat bervariasi atau kadang-kadang ditemukan banyak pasien dengan TB paru tanpa keluhan sama sekali. Gejala klinik TB dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu gejala lokal dan gejala sistemik. Gejala lokal berupa respiratorik akan terlihat apabila yang terkena TB pada organ paru-paru. Gejala respiratorik dapat berupa demam, batuk-batuk selama 2 – 3 minggu, batuk dengan atau tanpa darah, sesak napas, nyeri dada dan malaise. Gejala respiratorik yang terlihat sangat bervariasi, mulai dari tidak ada gejala sampai gejala yang cukup berat tergantung dari luas lesi.

Demam pada pasien dengan TB paru biasanya subfebris tetapi kadang dapat mencapai 40 – 41 oC. Demam ini biasanya hilang timbul sehingga pasien merasa tidak pernah bebas dari serangan demam. Keadaan ini berhubungan dengan daya tahan tubuh pasien serta berat ringannya infeksi kuman TB yang masuk.

Gejala batuk 2 – 3 minggu pada pasien dengan TB banyak ditemukan. Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Karena terlibatnya bronkus pada setiap penyakit tidak sama maka mungkin saja batuk baru ada setelah penyakit berkembang dalam jaringan paru yaitu setelah berminggu-minggu atau berbulan-bulan peradangan dimulai. Sifat batuk dapat dimulai dari batuk kering dan setelah timbul peradangan menjadi batuk produktif yang menghasilkan sputum. Keadaan lanjut adalah berupa batuk darah karena terdapatnya pembuluh darah yang pecah. Batuk darah kebanyakan timbul akibat kavitasi namun dapat pula terjadi pada ulkus dinding bronkus.

Sesak nafas pada penyakit ringan belum akan dirasakan. Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit paru-paru yang sudah lanjut, dengan infiltrasinya meliputi setengah bagian paru-paru. Nyeri dada agak jarang ditemukan dan muncul apabila infiltrasi radang sudah mencapai pleura sehingga terjadi pleuritis.

Gejala sistemik dari TB dapat berupa demam, malaise, keringat malam, anoreksia dan berat badan menurun. Penyakit TB merupakan penyakit radang yang menahun sehingga gejala malaise sering ditemukan yang dapat berupa anorexia (tidak nafsu makan), berat badan yang menurun, sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam. Gejala malaise semakin lama semakin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur.

Gejala TB ekstrapulmoner tergantung dari organ yang terlibat, misalnya pada limfadenitis tuberkulosa akan terjadi pembesaran yang lambat dan tidak nyeri dari kelenjar getah bening, pada meningitis tuberkulosa akan terlihat gejala meningitis, sementara pada pleuritis tuberkulosa terdapat gejala sesak napas dan kadang-kadang nyeri dada pada sisi yang rongga pleuranya terdapat cairan. Limfadenitis adalah presentasi klinis paling sering dari TB ekstrapulmoner. Limfadenitis TB paling sering melibatkan kelenjar getah bening servikalis, kemudian diikuti berdasarkan frekuensinya oleh kelenjar mediastinal, aksilaris, mesentrikus, portal hepatikus, perihepatik dan kelenjar inguinalis. Berdasarkan penelitian oleh Geldmacher (2002), kelenjar limfe yang terlibat yaitu: 63,3% pada kelenjar limfe servikalis, 26,7% kelenjar mediastinal dan 8,3% pada kelenjar aksila dan didapatkan pula pada 35% pasien pembengkakan terjadi pada lebih dari satu tempat. Pada pasien dengan HIV-negatif maupun HIV-positif, kelenjar limfe servikalis adalah yang paling sering terkena, diikuti oleh kelenjar limfe aksilaris dan inguinalis.

 

 

 

Sumber :

Bahar A. 2001. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke-3. Depok : Balai Penerbit FKUI.

Geldmacher H et al. 2002. Assessment of Lymph Node Tuberculosis in Northern Germany: A Clinical Review. Chest 121(11): 77-82.

Mohapatra PR, Janmeja AK. 2009. Tuberculous Lymphadenitis. JAPI 57: 585-590.

[PDPI] Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2002. Tuberkulosis : Pedoman Diagnosa dan Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta : PDPI.

Sharma SK and Mohan A. 2004. Extrapulmonary Tuberculosis. Indian J Med Res 120: 316-53.

About Debby Fadhilah

Keahlian saya dibidang kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat (penyakit zoonotik) serta dibidang higiene pangan dan keamanan pangan (food safety) terutama pangan asal hewan. Saya juga sebagai Tenaga Ahli untuk pangan di PT. ASRInternasional Indonesia.
x

Check Also

Apa Itu Leptospirosis dan Bahayanya Terhadap Hewan

Apa itu Leptospirosis dan agen penyebabnya? Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Leptospira sp. ...

error: Content is protected !!