Home » Kesmavet » Gejala Klinis Penyakit Rabies

Gejala Klinis Penyakit Rabies

Rabies merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus (Rhabdovirus) yang menyerang sistem saraf pusat (SSP) hewan mamalia termasuk manusia. Penyakit ini memiliki tikat kematian (case fatality rate/CFR) yang sangat tinggi. Setelah gejala klinis berkembang pada hewan atau manusia yang terinfeksi biasanya kemungkinan untuk sembuh sangat kecil. Artikel berikut ini akan membahas mengenai gejala klinis penyakit rabies baik pada hewan maupun pada manusia.

1. Gejala klinis pada hewan
Terdapat dua bentuk rabies pada hewan terutama pada anjing yaitu rabies bentuk tenang (dumb rabies) dan rabies bentuk ganas (furious rabies).

a. Rabies bentuk tenang (dumb rabies)
Gejala klinis klinis pada rabies bentuk tenang adalah sebagai berikut:

  • Terjadi kelumpuhan dan ini merupakan gejala yang paling menonjol pada rabies bentuk tenang
  • Tenggorokan dan otot masseter menjadi lumpuh sehingga hewan tidak dapat menelan dan terjadi hipersalivasi (mengeluarkan saliva yang berlebihan)
  • Kelumpuhan pada laring menyebabkan suara hewan menjadi berubah (menjadi parau)
  • Terjadi kelumpuhan pada bagian wajah dan rahang bawah
  • Terjadi ataksia dan inkoordinasi
  • Terjadi kejang-kejang yang berlangsung singkat kadang tidak terlihat

b. Rabies bentuk ganas (furious rabies)
Gejala klinis pada rabies bentuk ganas adalah sebagai berikut:

  • Terjadi perubahan tingkah laku dan temperamen pada hewan, pada anjing menjadi yang biasanya ramah menjadi penakut dan tidak menurut lagi pada tuannya atau dapat menjadi sangat galak
  • Selalu bersembunyi di tempat gelap dan dingin
  • Hewan terlihat gelisah dan hiperaktivitas terhadap rangsangan serta terjadi dilatasi pada pupil mata
  • Nafsu makan menjadi berkurang
  • Menjadi lebih sensitif terhadap suara dan cahaya. Pada anjing, ia akan menyalak ke arah datangnya cahaya atau suara dan mata anjing selalu tampak dalam keadaan waspada
  • Memakan benda-benda asing seperti batu, kayu dll
  • Ekor berada diantara kedua paha (pada anjing)
  • Menyerang dan mengigit siapa saja (menjadi lebih agresif)
  • Biasanya disusul dengan kejang dan kelumpuhan
  • Kematian dapat terjadi setelah 2-6 hari sebagai akibat dari kegagalan pernafasan

Karnivora liar yang terinfeksi rabies menjadi tidak takut dengan manusia. Pada kucing yang terinfeksi rabies biasanya menjadi sangat agresif. Pada sapi, akan menunjukkan gejala mencakar-cakar tanah dan lari ke sana kemari serta menandukkan kepalanya pada benda lain. Pada kuda, akan menunjukkan gejala eksitasi sehingga dapat dikelirukan dengan gejala kolik. Biasanya gejala rabies pada hewan diawali dengan agresifitas dan kemudian disusul dengan gejala paralisa (kelumpuhan).

Masa inkubasi rabies pada hewan bervariasi, hal ini tergantung dari jumlah virus ditularkan, strain virus, tempat gigitan (gigitan yang dekat dengan kepala memiliki masa inkubasi yang lebih pendek), imunitas inang dan sifat luka. Pada anjing, kucing dan musang masa inkubasi biasanya kurang dari 6 bulan. Kebanyakan kasus pada anjing dan kucing gejala klinis jelas terlihat antara 2 minggu dan 3 bulan. Pada sapi dan kelelawar jenis vampir dilaporkan memiliki masa inkubasi 25 hari sampai lebih dari 5 bulan. Masa inkubasi pada kelelawar biasanya juga ada yang kurang dari 6 bulan, meskipun beberapa kelelawar ada yang tidak menunjukkan gejala klinis dalam jangka waktu lama.

Gejala klinis penyakit rabies pada anjingGambar 1 Gejala klinis penyakit rabies pada anjing. (A) Anjing lebih agresif dan menyerang serta menggigit siapa saja, (B) hipersalivasi pada anjing

2. Gejala klinis pada manusia
Manusia yang di gigit oleh anjing yang terinfeksi rabies belum tentu akan terjangkit penyakit rabies, akan tetapi setiap manusia yang tergigit oleh anjing tertular rabies harus segera mendapatkan tindakan medis karena penyakit ini umumnya bersifat fatal setelah gejala klinis muncul dengan CFR dapat mencapai 100%. Di seluruh dunia hanya ada beberapa orang yang sembuh setelah terjangkit penyakit rabies.

Masa inkubasi rabies pada manusia bervariasi antara kurang dari 1 minggu sampai lebih dari satu tahun. Umumnya, masa inkubasi pada manusia sekitar 1 bulan. Masa inkubasi dipengaruhi oleh kedalaman gigitan dan jarak gigitan dengan susunan saraf pusat. Sebagai contoh, gigitan di daerah kepala mempunyai masa inkubasi antara 30 – 48 hari, sedangkan gigitan di daerah tangan mempunyai masa inkubasi 40 – 59 hari. Masa inkubasi lebih pendek pada anak-anak karena anak-anak umumnya terkena gigitan pada daerah kepala dan leher. Kematian dapat terjadi dalam waktu 2 – 10 hari setelah gejala klinis muncul.

Gejala klinis rabies pada manusia dibagi menjadi 4 fase yaitu: fase prodormal, fase sensoris, fase eksitasi dan fase paralitik. Gejala klinis dari masing-masing fase ini akan dijelaskan di bawah ini.

a. Fase prodormal
Fase prodormal biasanya berlangsung antara 2 – 4 hari. Pada fase prodormal, gejala terlihat ringan dan tidak spesifik. Gejala klinis meliputi kelemahan umum, kedinginan, demam dan kelelahan. Kadang-kadang ditemukan juga gejala berupa nyeri tenggorokan, batuk, kesulitan bernafas , anoreksia, nyeri bagian kepala, disfagia, nausea, muntah, nyeri lambung dan diare.

b. Fase sensoris
Biasanya gejala yang terlihat berupa nyeri di daerah bekas gigitan, gatal atau rasa terbakar pada daerah gigitan, paraesthesia, gugup, anxietas. Kemudian disusul dengan gejala cemas dan reaksi yang berlebihan terhadap rangsang sensorik.

c. Fase eksitasi
Tonus otot-otot dan aktivitas simpatik menjadi meningkat sehingga menimbulkan gejala berupa hiperhidrosis (keringat yang berlebihan), hipersalivasi (salivasi berlebihan), hiperlakrimasi dan dilatasi pupil serta terjadi insomnia dan halusinasi. Bersamaan dengan stadium eksitasi ini penyakit mencapai puncaknya. Gejala yang sangat khas pada fase ini yaitu hidrofobia (takut dengan air) akibat dari kesulitan untuk menelan dan apabila berusaha menelan air akan tercekik dan menimbulkan rasa sakit yang luar biasa. Penderita biasanya gelisah, mudah kaget, kejang-kejang setiap ada rangsangan dari luar serta terjadi ketakutan pada udara (aerofobia) dan ketakutan pada cahaya (fotofobia). Pada fase ini juga terjadi apnoe (kesulitan bernafas), sianosis, konvulsi (kejang-kejang) dan tahikardi (denyut jantung yang meningkat). Fase eksitasi dapat terus berlanjut sampai penderita meninggal, tetapi pada saat dekat kematian justru lebih sering terjadi kelemahan otot-otot hingga terjadi paresis flaksid pada otot-otot.

d. Fase paralitik
Fase paralitik terjadi setelah melalui ketiga fase sebelumnya. Penderita yang memasuki stadium paralitik ini menunjukkan gejala kelumpuhan umum (dari bagian atas tubuh ke bawah) yang progresif. Sebagian besar penderita rabies meninggal pada fase eksitasi. Kadang-kadang ditemukan juga kasus tanpa gejala eksitasi, melainkan paresis otot-otot yang bersifat progresif. Hal ini karena terjadi gangguan pada sumsum tulang belakang yang memperlihatkan gejala paresis otot-otot pernafasan. Kematian biasanya terjadi akibat dari paralisis otot-otot pernafasan.

Umumnya keempat fase di atas tidak dapat dibedakan dengan jelas karena durasi penyebaran penyakit yang cukup cepat. Gejala-gejala yang terlihat jelas pada penderita di antaranya nyeri pada luka bekas gigitan dan kesulitan menelan yang diikuti dengan ketakutan pada air, udara, dan cahaya serta pada suara yang keras.

Gejala klinis penyakit rabies pada manusia

Sumber: WHO 2007

Gambar 2 Gejala klinis dari penyakit rabies pada manusia. (A) menunjukkan gejala hidropobia, (B) Luka gigitan oleh anjing yang terinfeksi rabies

Sumber:

Acha PN, Szyfres B. 2003. Zoonoses and Communicable Diseases Common to Man and Animals. Third Edition. Volume III. USA : Pan American Health Organization.

[CFSPH] The Center for Food Security and Public Health. 2012. Rabies and rabies-related Lyssaviruses. Iowa: Iowa State University.

Soeharsono. 2002. Zoonosis: Penyakit Menular dari Hewan ke Manusia. Yogyakarta: Kanisius.

Soejoedono RR. 2004. Zoonosis. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan IPB.

[WHO] World Health Organization. 2007. Rabies and Envenomings a Neglected Public Health Issue. Switzerland: WHO Press.

About Debby Fadhilah

Keahlian saya dibidang kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat (penyakit zoonotik) serta dibidang higiene pangan dan keamanan pangan (food safety) terutama pangan asal hewan. Saya juga sebagai Tenaga Ahli untuk pangan di PT. ASRInternasional Indonesia.
x

Check Also

10 Kondisi Darurat pada Hewan yang Harus Segera Ditangani

Kondisi darurat pada hewan dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Kunci utama dan yang ...

error: Content is protected !!