Home » Parasitologi » Gejala Klinis dan Perubahan Patologi Toxoplasmosis

Gejala Klinis dan Perubahan Patologi Toxoplasmosis

Kucing

Gejala klinis pada kucing jarang terlihat walaupun infeksi Toxoplasma gondii sering terjadi. Kadang-kadang infeksi pada kucing menunjukkan gejala dan perubahan patologi berupa demam yang persisten, ada eksudat dari mata, diare dan ada bercak-bercak pendarahan di feses, mukosa kekuningan, enteritis penbesaran limfoglandula, pneumonia (sesak nafas, batuk, bersin), pembesaran limfonodus mesenterika, perubahan degeneratif pada sistem saraf pusat dan encepalitis dilaporkan pada infeksi secara eksperimental. Penularan secara kongenital dapat terjadi meskipun jarang, hal ini terjadi karena aktifasi kista bradizoit selama kehamilan. Toxoplasmosis dapat bersifat akut pada kucing muda maupun usia tua.

Anjing

Onset penyakit pada anjing ditandai dengan terjadinya demam, emasiasio kelesuan/kelemahan, anoreksia dan diare. Pneumonia dan gejala saraf (neurologi) akibat meningoencepalitis sering ditemui pada anjing. Infeksi dapat terjadi bersamaan dengan distemper dan dapat menyebabkan kegagalan vaksinasi distemper. Hasil nekropsi menunjukkan, kista bradizoit dapat terlihat pada otak (Gambar 2), sistem pernafasan disertai dengan pembesaran limfonodus.

Ruminansia

Gejala klinis yang terlihat pada hewan ruminansia yaitu demam, sesak nafas, batuk-batuk, bersin, gejala saraf seperti ataxia dan hyperaesthesia yang diikuti kelemahan serta aborsi. Pada pemeriksaan postmortem, bradizoit terlihat pada otak dengan fokus nekrosis pada kasus akut dan nodul glial pada kasus kronis. Pada sapi dapat menyebabkan penyakit yang berlangsung akut. T. Gondii dapat juga ditemukan pada susu dan karkas sapi. Peran penting toxoplasmosis pada ruminansia yaitu berhubungan dengan aborsi pada biri-biri dan kematian perinatal pada bayi biri-biri. Infeksi yang terjadi pada awan kebuntingan pada biri-biri (<55 hari) akan mengakibatkan kematian fetus dan pengeluaran paksa fetus yang masih kecil (hal ini jarang terjadi). Infeksi yang terjadi pada pertengahan kebuntingan akan mengakibatkan aborsi dan mumifikasi. Organisme dapat ditemukan dengan tipe lesio putih dengan diameter 2 mm pada kotilidon plasenta dan pada jaringan fetus. Apabila fetus bertahan pada uterus, bayi biri-biri akan lahir prematur atau jika lahir normal akan mengalami kelemahan.

Plasenta biri-biri yang aborsi akibat infeksi Toxoplasma gondii

Sumber: Noakes et al. 2001

Gambar 1 Plasenta biri-biri yang aborsi akibat infeksi Toxoplasma gondii

Induk semang yang lain

Toxoplasmosis telah dilaporkan terjadi pada babi dan unggas. Selain itu, titer antibodi (serologis) T. Gondii juga telah ditemukan pada kuda dan kelinci liar. Gejala klinis yang terlihat pada babi yaitu inkoordinasi, tremor dan apabila infeksi telah sampai pada plasenta akan menyebabkan aborsi.

takizoid dari Toxoplasma gondii pada susunan saraf pusat burung liar, (B) Kista yang mengandung bradizoit pada otak

Sumber: Foreyt 2001; Dubey 2010

Gambar 2 (A) takizoid dari Toxoplasma gondii pada susunan saraf pusat burung liar, (B) Kista yang mengandung bradizoit pada otak

Manusia

Infeksi pada manusia terjadi secara akuasita (dapatan) atau kongenital. Infeksi pada manusia secara akuasita dapat terjadi melalui dua betuk: (a) infeksi terjadi karena memakan makanan yang terkontaminasi ookista (dari feses kucing). Kontaminasi ookista dapat terjadi melalui tangan ketika membersihkan kandang kucing atau tempat feses kucing, kontaminasi ookista pada sayuran dapat terjadi karena tanah tempat tumbuh sayuran mengandung ookista dari feses kucing, kontaminasi makanan oleh feses kucing serta lalat dapat berperan sebagai vektor mekanik yang dapat membawa ookista ke dalam makanan; (b) infeksi yang terjadi karena memakan makanan (daging) mentah atau kurang matang yang mengandung kista T. Gondii.

Gejala klinis yang muncul pada manusia tergantung dari organ yang diserang dan kerusakan jaringan yang ditimbulkan. Kerusakan ini tergantung pada beberapa hal yaitu: (a) umur, pada bayi akan mengalami kerusakan jaringan yang berat dibandingkan pada usia dewasa; (b) virulensi, tergantung dari strain T. Gondii; (c) jumlah parasit, semakin banyak parasit maka kerusakan jaringan yang ditimbulkan semakin berat; (d) organ tubuh yang diserang, kerusakan (lesi) pada susunan saraf pusat biasanya lebih berat dan permanen karena jaringan ini tidak mampu berregenerasi.

Secara umum infeksi T. Gondii secara akuasita pada umur dewasa bersifat asimtomatis (tanpa gejala klinis). Gejala klinis yang muncul biasanya ringan. Beberapa kasus dapat menunjukkan gejala klinis berupa deman yang ringan, malaise dengan limpadenopati predominan, mononukleosis infeksiosa, kelelahan, sakit kepala, kadang-kadang terjadi eksantem. Infeksi pada organ vital jarang terjadi, beberapa kasus pernah dilaporkan terjadi miokarditis, encepalitis dan retinochoroiditis. Toxoplasmosis dapat muncul kembali (recrudescence of infection) apabila terjadi pada pasien immunosuppressed.

Infeksi secara kongenital terjadi ketika wanita terinfeksi pertama kali selama kehamilan. Infeksi secara kongenital dapat menjadi serius karena takizoit dapat melewati plasenta dan terdapat pada maternal antibodi. Lebih dari 10% infeksi kongenital menyebabkan aborsi, kelahiran prematur atau kerusakan pada sistem saraf pusat fetus. Keparahan infeksi secara kongenital tergantung pada usia fetus saat terinfeksi. Semakin muda usia fetus saat terinfeksi, maka akan semakin berat kerusakan pada organ tubuh. Infeksi yang terjadi pada awal kehamilan (kehamilan muda) dapat menyebabkan keguguran atau anak lahir mati. Infeksi pada kehamilan tua dapat menyebabkan infeksi pada bayi yang dilahirkan dengan gejala klinis berupa retinokoroiditis, hidrosefalus, pengapuran intrakranial, kerusakan otak, pembesaran hati dan limpa, bercak-bercak merah, konvulsi, eritroblastosis, hidrops fetalis serta terjadi kelainan psikomotorik. Kadang-kadang bayi lahir normal, tetapi gejala klinis baru muncul setelah beberapa minggu atau sampai beberapa tahun.

Gejala susunan saraf paling sering meninggalkan gejala sisa seperti reterdasi mental dan motorik. Pada mata, apabila terjadi retinokoroiditis waktu remaja biasanya dapat disebabkan karena infeksi T. Gondii secara kongenital. Pada anak dengan infeksi T. Gondii yang lahir prematur biasanya gejala klinis yang muncul berupa hepatomegali, ikhterus limfadenopati, kelainan susunan saraf pusat dan lesi mata. Biasanya gejala yang terlihat lebih berat dibandingkan anak yang lahir normal. Infeksi T. Gondii dapat terjadi juga secara parenteral melalui jarum suntik atau alat-alat laboratorium yang terkontaminasi dengan T. Gondii, melalui tranfusi darah, transplantasi organ dari donor yang menderita toxoplasmosis laten. Infeksi secara parenteral sangat jarang terjadi.

Sumber:

Dubey JP. 2010. Toxoplasmosis of Animals and Humans. Edisi ke-2. USA: CRC Press.

Foreyt WJ. 2001. Veterinary Parasitology. Edisi ke-5. USA: Blackwell Publishing.

Noakes DE, Parkinson TJ, England GCW. 2001. Arthur’s Veterinary Reproduction and Obstetrics. London: W.B. Saunders.

Tampubolon MP. 2004. Protozoologi. Bogor: Pusat Studi Ilmu Hayati IPB.

Urquhart GM, Armour J, Duncan JL, Dunn AM, Jennings FW. 1996. Veterinary Parasitology. UK: Blackwell Science.

About Debby Fadhilah

Keahlian saya dibidang kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat (penyakit zoonotik) serta dibidang higiene pangan dan keamanan pangan (food safety) terutama pangan asal hewan. Saya juga sebagai Tenaga Ahli untuk pangan di PT. ASRInternasional Indonesia.
x

Check Also

Ektoparasit yang Dapat Menyerang Kucing

Kucing dapat terinfeksi oleh agen penyakit terutama apabila tidak dipelihara dengan baik dan benar. Salah ...

error: Content is protected !!