Home » Anatomi & Fisiologi » Apa Itu Sel Darah Putih atau Leukosit

Apa Itu Sel Darah Putih atau Leukosit

Leukosit merupakan unit yang aktif dari sistem pertahanan tubuh. Sebagian leukosit dibentuk di sumsum tulang (granulosit dan monosit serta sedikit limfosit) dan sebagian lagi di jaringan limfe seperti kelenjar limfe, limpa, timus dan tonsil (limfosit dan sel-sel plasma). Setelah dibentuk sel-sel ini diangkut dalam darah menuju berbagai bagian tubuh untuk digunakan.

Leukosit tidak mengandung pigmen karena tidak memiliki hemoglobin. Leukosit mempunyai bentuk yang bervariasi. Ukuran diameter leukosit rata-rata lebih besar daripada eritrosit, yaitu berkisar antara 8-15 mikron dan masing-masing mengandung inti sel berbentuk bulat dan cekung. Inti sel yang dimiliki leukosit membuat leukosit dapat bertahan hidup selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Leukosit dapat bergerak bebas secara amuboid serta dapat menembus dinding kapiler (diapedesis). Perbandingan jumlah sel darah putih dan sel darah merah mencapai 1:500 hingga 1:1000.

Berdasarkan karakteristik sitoplasmanya leukosit dapat dibagi menjadi dua, yaitu granulosit dan agranulosit. Granulosit merupakan kelompok leukosit yang sitoplasmanya bergranul. Leukosit yang termasuk kelompok granulosit yaitu neutrofil, eosinofil, dan basofil. Agranulosit merupakan kelompok sel darah putih yang sitoplasmanya tidak bergranula. Leukosit yang termasuk kelompok agranulosit yaitu limfosit dan monosit. Berikut ini akan dijelaskan masing-masing dari sel tersebut.

Baca juga mengenai: Apa Itu Sel Darah Merah atau Eritrosit

A. Granulosit

1. Neutrofil

Neutrofil adalah sel darah putih yang granulanya menyerap zat warna yang bersifat netral dan bentuk intinya beraneka ragam (Gambar 1). Neutrofil merupakan jenis leukosit yang paling banyak dibandingkan dengan jenis leukosit yang lain. Neutrofil bersifat amuboid dan fagosit. Neutrofil merupakan baris pertama dalam pertahanan terhadap infeksi seperti bakteri, virus dan bahan-bahan merugikan lainnya. Jenis leukosit ini merupakan sel-sl matang yang dapat menyerang dan menghancurkan bakteri dan virus bahkan dalam sirkulasi darah.

netrofil

Sumber: Purnomo dkk. 2009

Gambar 1 Netrofil

 

2. Eosinofil

Eosinofil merupakan sel darah putih yang granulanya menyerap zat warna eosin (zat warna merah) yang bersifat asam dan memiliki inti yang terdiri dari dua belahan (Gambar 2). Eosinofil bergerak lambat dan bersifat fagosit terhadap partikel-partikel asing di sekitarnya. Biasanya, eosinofil berjumlah kurang dari 10% dari total leukosit. Jumlah eosinofil meningkat pada keadaan alergi dan infeksi parasit, misalnya asma dan infeksi cacing tambang. Fungsi utama dari eosinofil yaitu mengatur respon alergi dan respon jaringan terhadap parasit. Sel darah putih ini akan menghilangkan kompleks antigen-antibodi yang merangsang respon alergi dan dengan menghambat beberapa mediator respon alergi seperti histamin.

eosinofil

Sumber: Purnomo dkk. 2009

Gambar 2 Eosinofil

 

3. Basofil

Basofil merupakan sel darah putih yang granulanya menyerap zat warna biru yang bersifat basa (Gambar 3) dan jarang terlihat dalam darah normal. Granul basofil berisi beberapa senyawa seperti heparin yang mencegah pembekuan darah, dan histamin, yang melemaskan otot polos pembuluh darah dan mengkonstriksikan otot polos di saluran udara. Basofil dan sel mast melepaskan senyawa yang ada pada granulanya selama respon alergi, dan senyawa ini berkontribusi terhadap respon jaringan karakteristik. Pelepasan granula dimediasi sebagian oleh pengikatan antibodi spesifik dan alergen terkait (antigen).

basofil

Sumber: Purnomo dkk. 2009

Gambar 3 Basofil

 

B. Agranulosit

1. Limfosit

Ukuran Limfosit bervariasi yaitu berkisar antara 8-14 µm. Limfosit memiliki satu inti sel yang relatif besar dan dikelilingi oleh sitoplasma dalam jumlah sedikit (Gambar 4). Limfosit juga dapat menonaktifkan mikroorganisme asing yang memasuki tubuh. Berbeda dengan eosinofil dan monosit, limfosit  bekerja spesifik dengan mengenali jenis mikroorganisme tertentu yang akan dinonaktifkan. Limfosit terdiri atas limfosit T yang dimatangkan di kelenjar timus, sedangkan limfosit B dimatangkan di sumsum tulang. Limfosit  merupakan baris kedua dalam sistem pertahanan setelah netrofil, tetapi jumlahnya paling banyak pada hewan ruminansia.

limfosit

Sumber: Purnomo dkk. 2009

Gambar 4 Limfosit

 

2. Monosit

Monosit berukuran lebih besar daripada limfosit, yaitu 14-19 µm. Monosit memiliki inti berbentuk menyerupai ginjal (Gambar 5). Monosit mengandung banyak sitoplasma dan bersifat fagosit terhadap bakteri. Jumlahnya menempati urutan ketiga paling banyak setelah neutrofil dan limfosit. Monosit memiliki kemampuan fagositosis dan dapat berkembang menjadi makrofag yang lebih besar ketika keluar dari pembuluh darah dan masuk ke jaringan. Selain fagositosis sel debris dan mikroba, makrofag juga berperan utama dalam inisiasi dan pengaturan inflamasi dan respon imun.

monosit

Sumber: Purnomo dkk. 2009

Gambar 5 Monosit

Baca juga mengenai: Sel-Sel Darah dan Fungsinya

 

 

Sumber:

Ferdinand F, Ariebowo. 2009. Praktis Belajar Biologi 2. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Firmansyah R, Mawardi A, Riandi U. 2009. Mudah dan Aktif Belajar Biologi 2. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Frandson RD, Wilke WL, Fails AD. 2009. Anatomy and Physiology of Farm Animals. Seventh Edition. Colorado: Wiley-Blackwell.

Guyton AC, Hall JE. 1996. Fisiologi Kedokteran. Edisi IX. Jakarta: EGC.

Purnomo, Sudjino, Trijoko, Hadisusanto S. 2009. Biologi. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

 

About Debby Fadhilah

Keahlian saya dibidang kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat (penyakit zoonotik) serta dibidang higiene pangan dan keamanan pangan (food safety) terutama pangan asal hewan. Saya juga sebagai Tenaga Ahli untuk pangan di PT. ASRInternasional Indonesia.
x

Check Also

Sel-Sel Jaringan Ikat

Sel-sel jaringan ikat banyak ditemukan pada jaringan ikat longgar. Pada jaringan ikat longgar sel-sel jaringan ...

error: Content is protected !!