Sel darah merah atau eritosit (erythro = merah, cyto = sel) pada mamalia berbentuk bulat pipih dengan cekungan di kedua permukaannya (bikonkaf). Eritrosit pada mamalia tidak memiliki inti sel (nukleus) dan memiliki luas permukaan yang besar serta memiliki diameter 7-8 µm dengan tebal 1-2 µm (Gambar 1). Berbeda dengan mamalia, eritrosit pada unggas memiliki inti sel dan berbentuk elips (Gambar 2).
Gambar 1 Eritrosit mamalia (panah merah)
Gambar 2 Eritrosit unggas
Warna merah pada eritrosit karena mengandung hemoglobin, yaitu sebuah molekul kompleks dari protein dan molekul besi (Fe). Hemoglobin memiliki dua komponen penyusun, yaitu heme dan globin. Heme adalah suatu pigmen yang mengandung zat besi (Fe). Heme inilah yang menyebabkan darah berwarna merah. Adapun globin adalah sejenis protein yang tersusun atas dua pasang rantai (alfa dan beta) (Gambar 2). Rantai tersebut berikatan dengan heme yang mengandung zat besi. Hemoglobin yang berikatan dengan oksigen disebut oksihemoglobin (2 Hb2 + 4 O2 4 Hb O2), sedangkan hemoglobin yang berkaitan dengan karbon dioksida disebut karbomino hemoglobin. Setiap molekul hemoglobin dapat berikatan dengan empat molekul oksigen. Oksigen diperoleh ketika sel darah melewati kapiler-kapiler alveolus di paru-paru. Hemoglobin kurang reaktif terhadap molekul karbon dioksida. Oleh karena itu, karbon dioksida yang diperoleh dari sel lebih banyak larut dalam plasma darah. Hemoglobin yang berikatan dengan oksigen akan berwarna merah cerah. Adapun hemoglobin yang tidak berikatan dengan oksigen, berwarna merah gelap atau kebiru-biruan.
Baca juga mengenai: Plasma Darah dan Fungsinya
Sel darah merah dibentuk dalam sumsum tulang, misalnya di tulang dada, tulang lengan atas, tulang kaki atas, dan tulang pinggul. Proses pembentukan eritrosit disebut eritropoesis. Sel darah merah tidak mempunyai inti sel sehingga sel darah merah tidak dapat hidup lama. Sel darah merah hanya dapat hidup sekitar 120 hari. Setiap detik lebih kurang 2 juta sel darah merah dalam tubuh mati dan digantikan oleh yang baru. Sel darah yang mati atau rusak dikeluarkan dari sistem peredaran darah. Kemudian, masuk ke hati atau limfa untuk dipecah. Zat besi yang dikandung sel darah tersebut kemudian diangkut darah menuju sumsum tulang untuk bentuk kembali menjadi molekul hemoglobin yang baru hingga akhirnya terbentuk sel darah yang baru. Walaupun proses daur ulang tersebut memiliki nilai efisiensi yang tinggi, ada sebagian kecil zat besi yang dibuang dan harus digantikan melalui makanan.
Gambar 3 Struktur hemoglobin
Baca juga mengenai: Sel-Sel Darah dan Fungsinya
Sumber:
Ferdinand F, Ariebowo. 2009. Praktis Belajar Biologi 2. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Firmansyah R, Mawardi A, Riandi U. 2009. Mudah dan Aktif Belajar Biologi 2. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Frandson RD, Wilke WL, Fails AD. 2009. Anatomy and Physiology of Farm Animals. Seventh Edition. Colorado: Wiley-Blackwell.
Guyton AC, Hall JE. 1996. Fisiologi Kedokteran. Edisi IX. Jakarta: EGC.