Apa itu retensio secundinae?
Retensio secundinae merupakan suatu keadaan dimana tertahannya membran fetus (plasenta) dalam kandungan setelah fetus lahir, baik fetus lahir normal, abortus atau prematur selama 8 – 12 jam atau lebih. Secara fisiologik selaput fetus lepas dalam waktu 3 – 8 jam post partus. Selain itu, retensio sekundinae juga merupakan suatu keadaan plasenta tidak keluar (baik sebagian ataupun keseluruhan) lebih dari 12 jam post partus, serta bibir vulva menjadi bengkak, berwarna kemerah-merahan dan ada titik-titik merah pada mukosanya.
Kejadian retensio secundinae sering dijumpai pada sapi perah. Sapi yang partus normal akan mengeluarkan selaput fetus dari alat kelamin induk dalam waktu 3 – 8 jam setelah partus. Kejadian ini juga sering ditemui pada sapi tua berhubungan dengan adanya gangguan mekanisme sebagai berikut : plasenta terjepit kornua yang tidak bunting, atoni uteri, ketidakseimbangan hormon oxytocin, infeksi mikroorganisme, alergi, defisiensi pakan dan adanya keterlambatan involusi uteri.
Gejala Klinis
Gejala klinis dari retensio secundinae diantaranya membrane membran fetus menggantung dari vulva (Gambar 1). Membran secara progresif membusuk, berbau busuk, sering terkontaminasi lantai kandang dan feses, respirasi cepat, suhu meningkat, vulva bengkak dan merah, discharge mukopurulen, pulsus meningkat, diare, serta nafsu makan dan produksi susu menurun. Retensio secundinae akan mengakibatkan perpanjangan interval discharge abnormal vagina, interval involusi uterus, interval ovulasi pertama dan meningkatkan kejadian kasus endometritis
Gambar 1 Retensio secundinae pada sapi
Diagnosa
Diagnosa retensio secundinae di lapangan berdasarkan anamnese dari pemilik hewan, gejala klinis dan pemeriksaan klinis seperti palpasi intra vaginal. Berdasarkan anamneses biasanya pemilik hewan melaporkan bahwa plasenta belum keluar lebih dari 8 jam setelah melahirkan. Palpasi intra vaginal untuk memastikan penyebab dari terjadinya retensio secundinae dan juga menentukan seberapa parah kejadian retensio secundinae.
Penanganan
Pada dasarnya penanganan yang dapat dilakukan untuk mengatasi kasus retensio secundinae adalah dengan terapi hormonal (oxytocin dan PGF2a), manual removal, serta antibiotika dan drainage. Manual removal terhadap membran fetus yang mengalami retensi sebaiknya diusahakan 72 jam setelah kelahiran. Jika plasenta tidak dapat dipisahkan dalam 10 menit, manual removal harus dihentikan untuk menghindari kerusakan. Kasusnya dilihat lagi dalam 48 jam. Jika upaya kedua gagal, upaya lain dilakukan 48 – 72 jam kemudian. Setelah pengambilan plasenta disarankan untuk memberikan antibiotika intra uteri. Pada kasus tertentu, misalnya karena serviks yang menutup, plasenta dibiarkan memisah secara alami.
Sumber :
Achjadi KR 2007. Manajemen Kesehatan Kelompok Sapi Perah. Bogor : Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.
Burhan W. 2011. Secundinae or Placenta Membrane Retained In the Cattle. http://breedinglivestock.blogspot.com [27 Maret 2014].
Hardjopranjoto SH. 1995. Ilmu Kemajiran Ternak. Surabaya : Airlangga University Press.
Jackson PGG. 2004. Handbook of Veterinary Obstetric. Elsevier : Saunders
Kahn CM. 2005. The Merck Veterinary Manual, 9th edition. USA : Merck & Co., Inc.