Home » Klinik & bedah » Apa Itu Leptospirosis dan Bahayanya Terhadap Hewan

Apa Itu Leptospirosis dan Bahayanya Terhadap Hewan

Apa itu Leptospirosis dan agen penyebabnya?

Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Leptospira sp. Penyakit ini dapat terjadi pada manusia dan hewan serta termasuk ke dalam salah satu penyakit zoonotik (penyakit yang dapat menular dari hewan ke manusia atau sebaliknya). Berdasarkan keilmuan nama agen infeksiusnya adalah Leptospira interrogans sensulato.

Mamalia, termasuk mamalia air dan mamalia berkantung, hampir seluruhnya merupakan pembawa Leptospira di seluruh dunia. Reservoir Leptospira meliputi tikus (serogrup icterohaemorrhagiae dan ballum), mencit (serogrup ballum), sapi, domba, babi dan anjing. Spesies ini memiliki banyak strain (serovars). Ada delapan serovar penting pada penularan leptospira yang terjadi pada anjing yaitu serovar Bratislava, Autumnalis, Ictero-haemorrhagiae, Pomona, Canicola, Bataviae, Hardjo dan Grippotyphosa.

 

Cara penularan Leptospirosis

Penularan leptospira terjadi melalui kontak dengan urin hewan terinfeksi, alat kelamin, transfer plasenta, gigitan luka, atau memakan jaringan yang terinfeksi. Penularan tidak langsung terjadi melalui air yang terkontaminasi, makanan atau tempat tidur. Leptospira sp. melakukan penetrasi ke membran mukosa (mata, hidung/mulut) atau kulit dan berkembang biak dengan cepat setelah sampai ke sistem pembuluh darah. Bakteri Leptospira sp. yang ada dalam darah dapat menyebabkan terjadinya destruksi eritrosit sehingga terjadi anemia hemolitik. Kondisi anemia hemolitik ini memicu terjadinya hiperbilirubinemia. Hal ini dapat terlihat dari nilai bilirubin total (BT) yang berada di atas nilai normal. Dari pembuluh darah bakteri akan menginfeksi jaringan lain termasuk ginjal, hati, limpa, sistem saraf dan alat reproduksi. Jika tubuh hewan kuat terhadap infeksi maka Leptospira sp. akan bersih dari organ tubuh. Tetapi pada ginjal Leptospira akan terus menetap dan akan tetap berada di urin untuk beberapa minggu atau bulan. Kerusakan yang terjadi pada organ dalam tergantung dari serovar dan inang yang terinfeksi. Setelah tujuh atau delapan hari terinfeksi, hewan akan mulai membaik jika kerusakan ginjal atau hati tidak terlalu parah.

 

Bahaya Leptospirosis pada hewan

Leptospirosis merupakan salah satu penyakit yang berbahaya pada hewan. Hewan yang menderita Leptospirosis akan menunjukkan gejala  seperti demam, lesu, muntah, diare dan selaput lendir (mukosa) kuning (ikterus) (Gambar 1). Setiap strain menghasilkan level dan tipe penyakit (gejala klinis) yang berbeda. Pada hewan yang terinfeksi akut maka akan mengalami demam, menggigil dan otot melemas sebagai tanda-tanda awal. Kemudian muntah dan dehidrasi hebat. Gejala klinis leptospirosis sering berhubungan dengan penyakit ginjal, hati atau gangguan reproduksi, sedangkan hewan yang terinfeksi kronis sering tidak menunjukkan gejala.

Baca juga mengenai:

Haemobartonellosis pada Anjing

 

  1. Leptospirosis pada anjing

Gejala awal leptospirosis pada anjing umumnya tidak spesifik seperti demam, anoreksia, stiffness, mialgia (nyeri pada otot) dan kelemahan, kemudian diikuti dengan gejala penyakit ginjal seperti anuria, hematuria, dehidrasi, muntah dan ulserasi pada mulut. Infeksi oleh serovar Icterohemorrhagiae umumnya menyebabkan demam, perdarahan, aemia dan jaundice (kekuningan pada mukosa). Infeksi oleh serovar Grippotyphosa cenderung menyebabkan kerusakan ginjal akut yang parah dan/atau hepatitis kronis, serovar Pomona sering tanpa gejala dan berifat kronis, sedangkan serovar Canicola sering menyebabkan nefritis interstisialis kronis. Bentuk serius dari penyakit ini adalah demam tiba-tiba selama 3-4 hari yang diikuti oleh kekakuan dan milagia pada kaki belakang, perdarahan pada rongga mulut, faringitis, perdarahan saluran pencernaan dan nefritis akut. Jika tidak segera diobati, beberapa anjing bisa mengalami kondisi yang sangat serius dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Bahkan jika anjing telah sembuh, ada konsekuensi jangka panjang termasuk kerusakan fungsi ginjal atau hati. Tingkat kematian leptospirosis pada anjing diperkirakan 10% dari kasus.

Sumber: http://ispub.com/IJVM/7/2/12879

Gambar 1 Adanya ikterus/ jaundice (kekuningan pada mukosa) pada anjing yang menderita leptospirosis akut

  1. Leptospirosis pada sapi

Leptospirosis pada pedet sering bersifat akut dengan gejala demam, anoreksia, konjungtivitis dan diare. Pada infeksi parah terjadi jaundice, hemoglobinuria, aemia, pneumonia, tanda-tanda meningitis seperti inkoordinasi, salivasi, kekakuan otot dan kematian, yang terjadi dalam tiga sampai lima hari. Pada sapi dewasa, gejala awal seperti demam dan depresi ringan mungkin tidak terlihat, gejala yang terlihat adalah abortus, penurunan kesuburan dan penurunan produksi. Abortus umumnya terjadi 3 sampai 10 minggu setelah infeksi. Beberapa serovar menyebabkan abortus di akhir masa kebuntingan, lahir mati dan kematian anak yang baru lahir, serta retensi palsenta pada 20% sapi yang abortus. Leptospirosis yang disebabkan oleh serovar Hardjo menyebabkan penurunan produksi susu, abortus dan kematian anak yang baru lahir.

  1. Leptospirosis pada kambing dan domba

Leptospirosis pada kambing dan domba sangat jarang terjadi. Gejala penyakit serupa dengan gejala pada sapi yaitu demam, anoreksi, jaundice, hemoglobinuria dan anemia. Kejadian abortus, lahir mati, anak yang dilahirkan lemah dan infertilitas dapat  terjadi, baik dengan atau tanpa gejala klinis lainnya.

  1. Leptopsirosis pada babi

Leptopsirosis pada babi umumnya bersifat subklinis dan babi merupakan reservoir yang sangat penting untuk serovar Pomona. Penyakit ini menyebabkan gangguan reproduksi seperti abortus pada akhir kebuntingan, anak lahir mati, mumifikasi dan maserasi fetus, serta peningkatan kematian anak yang baru lahir. Abortus umumnya terjadi 15 sampai 30 hari setelah infeksi. Gejala klinis antara lain demam, anoreksia, depresi, diare, jaundice, hemoglobinuria, gangguan saluran pencernaan, serta tanda-tanda meningitis. Babi yang terinfeksi akan mengalami pertumbuhan yang lambat dan tingkat kematian yang tinggi dapat terjadi pada anak babi.

  1. Leptopsirosis pada kuda

Infeksi Leptospira pada kuda bersifat subklinis dengan gejala yang paling umum adalah penyakit pada mata. Gejala klinis yang terlihat pada fase akut adalah demam, fotofobia, konjunctivitis, miosis dan iritis. Pada fase kronis, mungkin terjadi perlekatan pada mata, katarak, uveitis, dan kelainan okular lainnya. Penyakit sistemik jarang terjadi, tetapi pada kasus parah terjadi gangguan hati, ginjal dan kardiovaskular, dan juga dikaitkan dengan kejadian abortus pada kuda.

Baca juga mengenai:

Apakah Leptospirosis pada Hewan Bisa Diobati dan Bagaimana Pencegahannya?

 

 

Sumber:

Acha PN, Szyfres B. 2001. Zoonoses and Communicable Disease Common to Man and Animals Volume I Bacterioses and Mycoses. Ed ke 3. Washington DC: Pan American Health Organization.

[CFSPH] Center for Food Security and Public Health. 2005. Leptospirosis. Iowa: Iowa State University.

Ressang AA. 1983. Patologi Khusus Veteriner. Bogor

About Debby Fadhilah

Keahlian saya dibidang kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat (penyakit zoonotik) serta dibidang higiene pangan dan keamanan pangan (food safety) terutama pangan asal hewan. Saya juga sebagai Tenaga Ahli untuk pangan di PT. ASRInternasional Indonesia.
x

Check Also

Pembusukan Oleh Alcaligenes spp. pada Daging

  Keberadaan bakteri pembusukan pada daging ditentukan oleh ketersediaan nutrisi, ketersediaan oksigen, penyimpanan suhu, pH, ...

error: Content is protected !!