Home » Klinik & bedah » Apa Itu Displasia Abomasum?

Apa Itu Displasia Abomasum?

Displasia abomasum adalah perpindahan letak abomasum dari posisi normalnya dalam rongga abdomen ke sebelah kiri rumen atau ke sebelah kanan, medial dan depan. Abomasum secara normal berada di lantai abdomen, sebelah ventral dan kanan dari rumen dan retikulum. Pada kejadian displasia, kurvatura mayor abomasum akan naik di antara kantung buntu anterior rumen dan retikulum, dan terjepit antara kantung dorsal rumen dan dinding abdomen sebelah kiri.

Pergeseran abomasum pada sebagian besar (sekitar 90%) kejadian mengarah ke kiri (left displacement abomasum/LDA) dibandingkan displasia abomasum kanan (right displacement abomasum/RDA) yang sekitar 10% kasus. Pada LDA, sebagian abomasum bergeser dan terletak di sebelah lateral kiri rumen, di belakang omasum, dengan kurvatura mayor abomasum yang terjepit diantara rumen dan dinding perut sebelah ventral. Pada RDA, abomasum terletak diantara hati dan dinding perut sebelah kanan (Gambar 1).

Gambar 1 Posisi normal abomasum di rongga perut (gambar kiri), Posisi abomasum yang mengalami displasia ke sebelah kiri atau kanan (gambar kanan)

LDA menyebabkan torsio abomasum 90° dan tidak terlalu menyebabkan obstruksi abomasum. Tapi LDA menyebabkan menurunnya nafsu makan dan produksi susu akibat rasa sakit dan stres. RDA memiliki gejala klinis yang serupa dengan LDA, namun lebih bersifat fatal karena torsio 90° dapat terjadi di sekitar axis mesenterika dan menjadi volvulus abomasum. Volvulus abomasum menyebabkan obstruksi abomasum dan iskemia bila pembuluh darah ikut terbendung. Obstruksi abomasum yang berlanjut menyebabkan dilatasi lambung depan yang progresif (timpani, sindroma vagal) dan akan bertambah parah bila omasum ikut terpuntir akibat volvulus abomasum.

Kejadian LDA paling sering terjadi pada sapi perah yang memiliki tubuh besar dan yang dipelihara dalam kandang dalam waktu yang lama dengan makanan konsentrat (penguat) yang jumlahnya berlebihan. Makin tinggi rasio antara rumput dengan konsentrat makin tinggi pula kemungkinan terjadinya LDA, disamping itu faktor genetik juga memegang peranan untuk terjadinya penyakit. Sapi Frishian Holstein (FH) cenderung mudah mengalami displasia abomasum. Proses terjadinya displasia abomasum belum diketahui secara pasti. Dalam praktek diketahui bahwa 90% kejadian displasia abomasum mempunyai kaitan dengan proses kelahiran.

Faktor-faktor penyebab displasia abomasum adalah sebagai berikut:

  • Penurunan intake pakan selama pre-partus (anoreksia)
  • Pengosongan isi abdomen post-partus
  • Terlalu banyak pakan konsentrat dan produksi volatil fatty acid (VFA) yang tinggi,
  • Hipokalsemia
  • Metritis
  • Mastitis
  • Diare
  • Ketosis (asetonemia)
  • Kurang intake pakan berserat
  • Diet tinggi protein kasar
  • Ulkus abomasum
  • Atoni abomasum
  • Produksi susu yang tinggi
  • Obesitas
  • Umur tua dan predisposisi genetik.

Dari berbagai faktor penyebab tersebut umumnya anoreksia dan atoni abomasum yang menghasilkan akumulasi gas dan cairan karena rumen tidak dapat mengisi abomasum secara normal, sehingga abomasum menjadi membesar dan lebih mudah untuk terjadi displasia.

Faktor predisposisi terjadinya displasia abomasum adalah atoni abomasum, mungkin akibat makanan penguat terlalu banyak dan adanya kepekaan herediter untuk terjadinya displasia. Kausa mekanis yang dapat menyebabkan displasia abomasum adalah uterus gravid yang mengangkat rumen dari dasar abdomen dan bersamaan dengan itu mendorong abomasum ke kranial dan ke kiri. Sapi yang aktif dalam masa berahi mempermudah terjadinya suatu displasia.

Diagnosa displasia abomasum didapat berdasarkan anamnese peternak seperti anoreksia yang berkepanjangan. Gejala klinis displasia abomasum adalah nafsu makan yang menurun; pulsus, respirasi dan temperatur normal; malas; dan kehilangan berat badan yang cepat; feses cair kadang-kadang sampai kehitaman; dapat terlihat juga gejala asetonemia ringan, temperatur normal, terjadi penurunan  produksi susu, dan sapi tampak lesu. Umumnya kejadian terjadi selama 30 hari postpartum walaupun juga diketahui dapat terjadi pada sapi dara dan jantan. Abomasum akan terisi dengan gas setelah displasia sehingga pemeriksaan klinis dengan perkusi dan auskultasi dapat dilakukan untuk diagnosa. Prosedur yang dilakukan adalah membuat garis imajiner dari legok lapar kanan ke siku kiri. Perkusi dilakukan pada beberapa ruang intercostae terakhir sepanjang garis imajiner tersebut dimana akan terdengar suara timpanitik yang kuat bila terjadi displasia abomasum. Auskultasi sepanjang garis tersebut akan menghasilkan suara “tinkle” atau “ping”. Kombinasi perkusi dan auskultasi juga dapat dilakukan yaitu dengan melakukan perkusi pada bagian dorsal tiga ruang intercostae terakhir menggunakan ujung jari sambil mendengarkan suara yang dihasilkan.

Displasia abomasum dapat diterapi dengan cara operasi, tetapi operasi dysplasia abomasums dapat menyebabkan beberapa komplikasi, antara lain peritonitis, selulitis, eviserasi abomasum, dan obstruksi intestinal. Abomasopeksi paramedian juga diketahui sering menyebabkan pembentukan fistula abomasum. Pertolongan sederhana yang dapat dilakukan tanpa operasi yaitu semua kaki sapi diikat, ditelentangkan kemudian badannya digoyang-goyang ke kanan dan ke kiri beberapa kali. Dengan cara ini kejadian displasia abomasum juga dapat disembuhkan.

 

 

Sumber :

Aiello et al. 2000. The Merck Veterinary Manual.  Edisi ke-8. Whitehouse station. USA.

Gibbons, W. J. 1966. Clinical Diagnosis of Disease of Large Animals. Philadelphia : Lea and Febiger.

Subronto. 1995. Ilmu Penyakit Ternak I. Yogjakarta : Gadjah Mada University Press.

 

About Debby Fadhilah

Keahlian saya dibidang kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat (penyakit zoonotik) serta dibidang higiene pangan dan keamanan pangan (food safety) terutama pangan asal hewan. Saya juga sebagai Tenaga Ahli untuk pangan di PT. ASRInternasional Indonesia.
x

Check Also

Faktor-faktor Resiko Kejadian Tuberkulosis

Terdapat beberapa faktor yang memicu berkembangnya penyakit TB pada kelompok masyarakat. Media penularan melalui udara ...

error: Content is protected !!